Ahad 21 Mar 2021 05:57 WIB

Gejala Panjang Covid-19 Dapat Reda Usai Vaksinasi?

Efek vaksin dapat membantu mengatur ulang sistem kekebalan.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Nidia Zuraya
Warga memeriksa kesehatan sebelum vaksinasi Covid-19 (ilustrasi). Vaksin Covid-19 dapat meringankan gejala seseorang yang menderita efek Covid-19 jangka panjang.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga memeriksa kesehatan sebelum vaksinasi Covid-19 (ilustrasi). Vaksin Covid-19 dapat meringankan gejala seseorang yang menderita efek Covid-19 jangka panjang.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Vaksin Covid-19 dapat meringankan gejala seseorang yang menderita efek Covid-19 jangka panjang. Fenomena medis tersebut terjadi dimana sebagian orang terus berjuang berbulan-bulan setelah tertular penyakit. 

Sekitar 10 persen orang yang dites positif Covid-19 berakhir dengan gejala yang berkelanjutan hingga 12 pekan, dengan jumlah yang lebih kecil menghadapi masalah lebih lama. Tetapi para ilmuwan telah melaporkan sebagian besar pasien Covid-19 yang lama menderita mungkin menemukan gejala mereka berkurang setelah mereka divaksinasi. 

"Kami meminta orang-orang melaporkan peningkatan, dan ini cukup meluas, sekitar setengah dari orang yang kami tanya. Namun, ada bias pelaporan yang besar - orang yang melihat sesuatu yang luar biasa adalah yang berteriak tentang hal itu," kata David Strain selaku dosen senior klinis di University of Exeter dan tim gugus tugas Inggris dilansir dari Arab News pada Sabtu (20/3).

Strain mengatakan penelitian sedang disiapkan untuk melihat laporan secara lebih sistematis. Penelitian ini, lanjut Strain memberikan sedikit harapan bagi orang-orang yang telah bergumul dengan Covid-19 selama 12 bulan atau lebih.

"Apakah ini memberi kita petunjuk tentang bagaimana kita harus memperlakukannya? Kami perlu melihat dengan sangat hati-hati," ujar Strain. 

Prof Danny Altmann selaku ahli imunologi di Imperial College London, mengatakan telah memulai penelitian tentang topik tersebut. Sebagian karena keraguan vaksin yang diungkapkan beberapa pasien Covid-19 akut.

"Ini sangat menarik karena kita masih belum tahu mekanisme lama Covid-19 dan apa yang harus dilakukan untuk pasien, dan juga karena banyak penderita yang sangat cemas dengan status kekebalannya. Hal ini menyebabkan beberapa keraguan paradoks vaksin," ucap Altmann. 

Beberapa pandangan saat ini tentang fenomena tersebut didukung oleh berkurangnya gejala setelah vaksinasi. Satu perspektif bahwa penderita memiliki reservoir Covid-19 persisten di tubuh mereka, dan antibodi yang dihasilkan oleh inokulasi menghilangkan kumpulan itu. 

Teori lain bahwa efek vaksin pada sistem kekebalan dapat membantu mengatur ulangnya. Pandangan ini berlaku untuk penyakit serupa seperti sindrom kelelahan pasca-virus atau sindrom kelelahan kronis. 

Prof Eleanor Riley selaku ahli imunologi di Universitas Edinburgh, mengatakan salah satu hipotesis tentang sindrom kelelahan kronis adalah kegagalan sistem kekebalan untuk mengatur ulang setelah infeksi virus. "Dan jika itu masalahnya, memberikan sentakan pada sistem kekebalan, misalnya dengan vaksinasi, dapat membantu mengatur ulang. Tapi itu murni spekulasi," ucap Riley.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement