REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Duta Besar Rusia untuk Inggris, Andrei Kelin, menyatakan hubungan diplomatik antara kedua negara hampir mati, Ahad (21/3). Pernyataan ini muncul setelah tinjauan strategis Inggris pekan ini mencap Moskow sebagai ancaman langsung yang berbahaya.
Kelin yang menjabat pada November 2019 mengatakan, pemerintah Inggris telah berulang kali menolak saran Rusia untuk duduk dan berbicara "tentang banyak sekali perbedaan antarkedua negara." Dia mengatakan kurangnya dialog dan tuduhan terhadap Moskow telah secara efektif menghancurkan sebagian besar hubungan bilateral.
"Kita pelestariannya terutama di bidang ekonomi dan budaya. Tapi untuk bidang politik hampir mati,” ujar Kelin.
Inggris pada pekan lalu mengumumkan salah satu perombakan keamanan, pertahanan, dan kebijakan luar negeri terbesar sejak era Perang Dingin. Dalam pernyataan itu, London menyimpulkan bahwa Moskow akan terus menimbulkan spektrum ancaman penuh.
Penilaian bernama Tinjauan Terpadu itu dibuat selama setahun terakhir ketika London mengkaji ulang kebijakan luar negeri pasca-Brexit. Laporan itu membuat pengumuman mengejutkan untuk meningkatkan hulu ledak nuklir negara itu menjadi 260 pada 2030.
Utusan tertinggi Rusia ini pun mencap keputusan Inggris untuk membatalkan komitmen sebelumnya dalam mengurangi cadangan nuklirnya menjadi 180 hulu ledak sebagai kejutan besar. "Anda meningkatkan jumlah hulu ledak sebanyak 40 persen," katanya.
"Ini adalah pelanggaran perjanjian non-proliferasi dan banyak, banyak perjanjian lain yang mengatakan hanya penurunan atau pengurangan jumlah nuklir," kata Kelin dikutip dari Dailysabah.
Sebagai tanggapan, juru bicara pemerintah Inggris mengatakan, memodernisasi dan memperkuat keamanan dan pencegahan nuklir Inggris adalah bagian penting dari tinjauan terintegrasi. "Kami dapat melindungi diri kami dan sekutu NATO kami dengan baik dengan melanjutkan operasi penangkal nuklir yang minimum, kredibel, dan independen," ujarnya.
Langkah tersebut melukiskan pandangan pesimistis untuk hubungan dengan Rusia. Moskow telah disalahkan karena membunuh satu mantan mata-mata KGB dan percobaan pembunuhan yang lain dengan agen saraf setingkat senjata pada 2018 di Inggris. London juga menyalahkan aktor terkait Kremlin yang mengatur upaya untuk meretas laboratorium penelitian virus corona dan mencoba ikut campur dalam pemilihan umum 2019.