REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan dukungan pada setiap rencana perdamaian di Yaman. Pesan penting Iran ini disampaikan pada peringatan ketujuh tahun invasi Yaman oleh Arab Saudi dan negara-negara koalisinya.
Iran menegaskan mendukung diakhirinya pendudukan Yaman oleh Saudi dan sekutunya serta mencabut blokade atas ekonomi negara itu. Iran ingin ada permulaan dialog politik dan membiarkan rakyat Yaman menentukan masa depan mereka sendiri.
Sekitar 24 juta orang di Yaman telah menjadi sasaran konflik berdarah selama enam tahun terakhir pengepungan dan invasi militer Saudi.
"Puluhan orang meninggal setiap hari karena pemboman atau kelaparan, penyakit, kekurangan obat atau bahan bakar," kata pernyataan Kemenlu Iran itu seperti dikutip IRNA, selasa (23 Maret 2021).
Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan penyesalannya karena invasi ke Yaman tidak berhenti meski hanya sesaat di tengah merebaknya pandemi virus corona.
Iran mensinyalir meski ada klaim agar agresi dihentikan, namun penjualan senjata kepada koalisi penyerang terus terjadi.
"Iran selalu menegaskan kembali bahwa krisis Yaman tidak memiliki solusi militer," kata pernyataan itu.
Bagi Iran, gencatan senjata bisa dilakukan serentak dengan mencabut invasi militer Arab Saudi.
Sebelumnya, Arab Saudi mengusulkan inisiatif perdamaian baru untuk mengakhiri konflik di Yaman. Insiatif tersebut termasuk penerapan gencatan senjata nasional yang akan dilaksanakan di bawah pengawasan PBB.
“Kami akan bekerja dengan komunitas internasional, dengan mitra kami dan dengan pemerintah Yaman untuk mendorong prakarsa ini dilaksanakan," kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan pada Senin (22/3), dikutip laman Al Arabiya.
Dia mengatakan Saudi akan melakukan semua upaya untuk menekan kelompok pemberontak Houthi agar bersedia datang ke meja perundingan. "Karena kami yakin bahwa menghentikan pertempuran dan fokus pada solusi politik adalah satu-satunya jalan untuk maju," ujar Pangeran Faisal.
Pangeran Faisal mengungkapkan jika pemerintah Yaman dan kelompok Houthi setuju untuk bernegosiasi, bandara di ibu kota Sanaa bakal dibuka kembali. Impor bahan makanan dan bahan bakar melalui pelabuhan Hodeidah pun dimungkinkan untuk dilakukan.
Pangeran Faisal mengungkapkan, inisiatif tersebut bakal berlaku segera setelah Houthi menyetujuinya.
Sejak Maret 2015, Saudi telah melakukan intervensi militer di Yaman. Mereka berupaya menumpas Houthi dan mengembalikan pemerintahan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi yang diakui secara internasional ke tampuk kekuasaan.
Saudi memandang Houthi sebagai ancaman karena didukung Iran. Sejak saat itu, Saudi gencar melancarkan serangan udara ke Yaman.
Peperangan telah menyebabkan banyak sekolah, rumah sakit, dan fasilitas publik lainnya hancur. Konflik memicu jutaan warga kelaparan. Akses ke fasilitas atau layanan kesehatan semakin sulit.
PBB telah menyatakan krisis di Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Hingga kini belum ada tanda-tanda konflik Yaman bakal berakhir.