REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Spanyol kembali menggunakan vaksin AstraZeneca mulai Rabu (24/3) dengan sedikit antusiasme publik. Keputusan ini menyusul penangguhan selama sepekan akibat rumor efek samping yang ditimbulkan vaksin buatan Inggris itu.
Bukan hanya Spanyol, saat itu belasan negara Eropa lainnya juga memutuskan berhenti menggunakannya, untuk menghindari kekhawatiran risiko pembekuan darah. Namun kini mulai mencabut penangguhan setelah badan obat-obatan Eropa mendukung vaksin tersebut.
“Kita harus mengesampingkan prasangka dan mitos perkotaan dan bergerak maju," kata pegawai negeri Jose Manuel Plaza setelah mendapatkan vaksin di klinik vaksinasi drive-thru di selatan Huelva.
Sementara itu, beberapa negara lain, termasuk Jerman, melaporkan keengganan sebagian orang untuk mendapatkan suntikan AstraZeneca setelah penangguhan, yang membuat pihak berwenang keteteran untuk mencari cara alternatif menghadapi gelombang infeksi baru. Setelah jatuh ke level terendah sejak Agustus, tingkat infeksi Spanyol mulai kembali meningkat menjelang liburan Paskah.
Di bawah strategi vaksinasi Spanyol, suntikan AstraZeneca diberikan kepada pekerja maksimal 65 tahun, sementara vaksin dari Pfizer-BioNTech dan Moderna disediakan untuk lansia dan orang yang rentan secara klinis. Pihak berwenang telah memberikan hampir satu juta dosis AstraZeneca dari total 6,4 juta dosis. Mereka juga menyulap stadion sepak bola Wanda Atletico Madrid menjadi pusat vaksinasi massal, dimana orang-orang mengantre untuk menerima suntikan.
“Saya senang menerima vaksin itu. Saya pikir Anda harus positif dan tidak ada yang lebih buruk dari Covid-19,” kata pekerja kesehatan berusia 30 tahun Cristina Gonzalez.