REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Perdana Menteri India Narendra Modi tiba di Bangladesh pada Jumat (26/3), untuk menghadiri perayaan kemerdekaan negara tersebut dan peringatan seratus tahun pendiri Bangladesh, Sheikh Mujubir Rahman. Kedatangan Modi mendapatkan pertentangan dari sebagian besar masyarakat Bangladesh, karena pemimpin India itu dinilai telah memicu ketegangan agama dan menganiaya umat Muslim.
Pada Kamis (25/3), polisi di Dhaka menembakkan peluru karet dan gas air mata ke ratusan demonstran yang memprotes kunjungan Modi. Demonstran yang sebagian besar merupakan mahasiswa mengkritik pemerintah Bangladesh karena mengundang pemimpin nasionalis Hindu tersebut. Namun, aksi protes berujung pada bentrokan, ketika pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah petugas dan melukai sedikitnya empat orang.
"Kami menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan mereka. Kami juga telah menangkap 33 orang karena kekerasan," kata pejabat polisi Syed Nurul Islam, dilansir Aljazirah.
Seorang pejabat senior Dewan Hak Mahasiswa, Bin Yamin Molla mengatakan, sekitar 40 pengunjuk rasa terluka dan 18 orang dirawat di rumah sakit akibat pukulan polisi dan terkena peluru karet. Sejauh ini tidak ada aksi protes yang dilaporkan pada Jumat (26/3).
Presiden Persatuan Mahasiswa Bangladesh, Foez Ullah mengatakan, kebijakan Modi bertentangan dengan prinsip dasar prinsip pendirian Bangladesh. Terlebih, pemerintahan Modi telah mengeluarkan sejumlah kebijakan yang menjadikan umat Muslim sebagai warga negara kelas dua di India.
“Mengundang perdana menteri komunal India Narendra Modi ke pesta emas kemerdekaan bertentangan dengan semangat perang pembebasan,” ujar Ullah.