REPUBLIKA.CO.ID, MAPUTO – Lebih dari 180 orang termasuk pekerja asing terperangkap di dalam sebuah hotel di kota Mozambik utara. Mereka terjebak dalam hotel ketika terjadi pengepungan selama tiga hari oleh militan yang terkait dengan kelompok ISIS.
Menurut saksi mata dan kelompok hak asasi, beberapa orang meninggal dunia setelah serangan di Palma dekat lokasi gas alam cair (LNG) di Provinsi Cabo Delgado.
Kelompok bersenjata yang terkait ISIS memulai penggerebekan di kota pesisir pada Rabu (24/3) sore. Penggerebekan ini membuat penduduk yang ketakutan melarikan diri ke hutan.
Sementara para pekerja pemerintah mencari perlindungan di hotel Amarula Palma. Raksasa minyak Prancis, Total adalah investor utama dalam proyek senilai 20 miliar dolar AS bersama dengan enam perusahaan internasional lainnya termasuk ExxonMobil. Proyek terbesar di Afrika itu terletak di Palma, yang menjadi lokasi serangan.
"Hampir seluruh kota hancur. Banyak orang meninggal," kata seorang pekerja di situs LNG berbicara melalui telepon dievakuasi ke Afungi, dilansir Aljazirah, Sabtu (27/3).
Pekerja tersebut tidak memberikan rincian tentang korban jiwa maupun kewarganegaraan mereka. "Saat penduduk setempat melarikan diri ke hutan, pekerja dari perusahaan LNG, termasuk orang asing mengungsi di hotel Amarula di mana mereka menunggu untuk diselamatkan,” kata pekerja yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Human Rights Watch mengatakan para penyerang terkait dengan kelompok yang dikenal secara lokal sebagai al-Shabab. Tidak diketahui apakah al-Shabab memiliki keterkaitan dengan kelompok bersenjata Somalia dengan nama serupa.
"Beberapa saksi mengatakan kepada Human Rights Watch bahwa mereka melihat jenazah di jalan dan penduduk melarikan diri setelah al-Shabab menembak tanpa pandang bulu," kata Human Right Watch.
Situs berita Afrika Selatan, News24 melaporkan bahwa seorang warga negara Afrika Selatan telah tewas dalam serangan itu. Pekerja lain dari sebuah perusahaan yang disubkontrak oleh Total mengatakan, helikopter terbang di atas hotel pada Jumat (26/3) pagi mencoba menemukan "koridor untuk menyelamatkan sekitar 180 orang yang terperangkap di hotel". Diketahui, persediaan makanan di hotel itu telah habis. Namun mereka masih memiliki persediaan air yang cukup.
"Tapi sampai malam tiba, banyak orang tetap berada di tempat itu sementara para militan berusaha maju menuju hotel," kata pekerja itu.
Pemerintah Mozambik telah mengerahkan pasukan militer untuk melancarkan serangan kepada kelompok bersenjata itu dari pusat proyek gas raksasa.
Serangan baru dimulai pada Rabu, beberapa jam setelah Total mengumumkan dimulainya kembali pekerjaan secara bertahap di proyek LNG, yang telah terhambat oleh pemberontakan yang terus berlanjut di wilayah tersebut.
Kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan ISIS telah menyerbu desa dan kota di seluruh provinsi, menyebabkan hampir 700 ribu orang mengungsi dari rumah mereka. Kekerasan itu telah menewaskan sedikitnya 2.600 orang dan setengah dari mereka warga sipil.
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Maputo mengutuk serangan di Palma. Amerika Serikat menegaskan komitmennya "untuk bekerja dengan pemerintah Mozambik untuk melawan kekerasan ekstremisme."