Ahad 28 Mar 2021 13:00 WIB

Boris Johnson dan Joe Biden Tanggapi Sanksi China

Boris Johnson dan Joe Biden menyatakan keprihatinan atas tindakan China

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
 Perdana Menteri Inggris Boris Johnson
Foto: AP/Kirsty Wigglesworth
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan keprihatinan terhadap tanggapan China, menyusul adanya sanksi bagi para pejabat negara itu, pada Jumat (26/3). Keduanya juga membahas Iran, yang diminta untuk kembali mematuhi kesepakatan nuklir internasional.

Sebelumnya, AS, Inggris, Uni Eropa, dan Kanada menjatuhkan sankst terhadap perjabat China atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang. Atas langkah itu, China merespons dengan menjatuhkan sanksi kepada sembilan warga Inggris, yang di antaranya termasuk anggota parlemen. 

Baca Juga

Selain itu, sanksi juga diberikan China terhadap anggota parlemen uni Eropa dan lembaga Eropa lainnya. Baik Johnson maupun Biden merefleksikan tindakan yang diambil AS bersama dengan Inggris dan mitra internasional lainnya untuk menekan pelanggaran hak asasi manusia. 

“Perdana Menteri dan Presiden AS Biden menyatakan keprihatinan tentang tindakan balasan yang diambil oleh China. Keduanya juga setuju bahwa Iran harus kembali mematuhi kesepakatan nuklir dan berbagi pandangan tentang perubahan iklim,” ujar juru bicara kantor perdana menteri Inggris dalam sebuah pernyataan, dilansir NTD, Ahad (28/3). 

Johnson dan Biden disebut telah sepakat untuk memerangi perubahan iklim untuk dunia yang lebih baik. Secara khusus langkah ini diharapkan dapat segera dimulai dan menciptakan kesejahteraan banyak orang di seluruh dunia pascapandemi virus corona jenis baru (Covid-19) yang saat ini masih terjadi. 

“Keduanya juga berbagi tujuan untuk KTT Perubahan Iklim Presiden pada April dan KTT COP26 yang diselenggarakan di Inggris pada November, termasuk kebutuhan untuk mengatasi perubahan iklim dan melestarikan keanekaragaman hayati secara bersamaan,” jelas juru bicara kantor perdana menteri Inggris tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement