REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kelaparan semakin meningkat di Angola di tengah kekeringan terburuk selama empat dekade di provinsi barat daya.
“Saat pasokan air berkurang, sangat berdampak pada tanaman, dengan kerugian hingga 40 persen, sehingga meningkatkan risiko kelangsungan ternak,” kata juru bicara Program Pangan Dunia PBB (WFP) Tomson Phiri dalam konferensi pers di Jenewa, Jumat (26/3).
Phiri mengtakan WFP sangat prihatin mengingat tingkat kerawanan pangan kronis dan malnutrisi di daerah yang terkena dampak paling parah.
"Situasi ini juga dilaporkan menimbulkan pergerakan migrasi dari daerah yang paling terkena dampak dengan keluarga yang pindah ke provinsi lain dan melintasi perbatasan ke Namibia,” tambah dia.
WFP memperingatkan bahwa situasi diperkirakan tidak akan menjadi lebih baik dalam beberapa bulan mendatang karena tidak adanya curah hujan di atas rata-rata."
“Kekeringan yang tidak normal menghambat musim hujan 2020/21, yang biasanya berlangsung dari November hingga April. Negara ini telah mengalami episode kekeringan sejak Desember tahun lalu dengan curah hujan di bawah rata-rata di Provinsi Cuanza Sul, Benguela, Huambo, Namibe dan Huila,” ungkap Phiri.
Dalam sebuah laporan bulan lalu, Unicef mengatakan 390.841 anak di bawah usia 5 tahun di provinsi yang paling terkena dampak kekeringan, termasuk Huila, Cunene, Namibe dan Cuando Cubango, telah diperiksa dan mereka kemungkinan menderita kekurangan gizi.