REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Komunitas internasional diminta meningkatkan bantuan finansial untuk kebutuhan kemanusiaan di Suriah. Tahun ini, konflik sipil di sana telah memasuki tahun kesepuluh.
Badan-badan PBB, dalam sebuah pernyataan menjelang Konferensi Brussels, mengatakan dengan adanya pandemi, tidak ada kelonggaran bagi warga sipil di Suriah. “Mereka menghadapi kelaparan dan kemiskinan yang meningkat, pengungsian yang terus berlanjut, dan serangan yang berkelanjutan,” kata mereka dalam sebuah pernyataan bersama, dikutip laman Al Arabiya pada Senin (29/3).
Mereka memperingatkan bahwa 24 juta orang di Suriah dan tetangganya terancam. "Itu berarti empat juta lebih banyak daripada tahun 2020, dan lebih banyak dari waktu mana pun sejak konflik dimulai," ujarnya.
Konferensi Brussels kelima tentang Suriah akan digelar secara virtual. Perwakilan dari sedikitnya 50 negara dan 30 organisasi lainnya, termasuk lembaga kemanusiaan serta lembaga keuangan internasional, akan berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.
Konferensi itu diharapkan dapat mengumpulkan dana 10 milar dolar AS. Sebanyak 4,2 miliar untuk bantuan kemanusiaan di Suriah dan sisanya dialokasikan untuk pengungsi yang berlindung di wilayah tersebut.
Dana bantuan akan turut diberikan kepada Lebanon, Yordania, Irak, Turki, dan Mesir. Negara-negara tersebut telah dipaksa untuk menampung dan menaungi ratusan ribu, bahkan jutaan pengungsi.