REPUBLIKA.CO.ID, NEW JERSEY -- Johnson & Johnson akan memasok hingga 400 juta dosis vaksin Covid-19 kepada Uni Afrika mulai kuartal ketiga tahun ini. Janssen Pharmaceutica NV yang merupakan unit dari Johnson & Johnson telah menandatangani kesepakatan dengan African Vaccine Acquisition Trust (AVAT) untuk memberikan 220 juta dosis tunggal vaksin Covid-19.
Kesepakatan itu menyusul negosiasi yang berjalan selama beberapa bulan dengan Uni Afrika. Dalam kesepakatan itu Uni Afrika akan membeli 270 juta dosis vaksin dari Johnson & Johnson, AstraZeneca dan Pfizer-BioNTech. Sementara AVAT dapat memesan 180 juta dosis tambahan hingga tahun 2022.
Vaksin Johnson & Johnson dilempar ke pasar lebih lambat dari pada AstraZeneca dan Pfizer. Tetapi dapat diterima secara global, terutama di Afrika. Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika John Nkengasong mengatakan, harga satu dosis vaksin Johnson & Johnson sekitar 10 dolar AS. "Johnson & Johnson hanya membutuhkan satu dosis, itu membuatnya sangat baik untuk diluncurkan,” ujar Nkengasong.
AVAT mengatakan bahwa lebih dari 55 negara anggota Uni Afrika telah menunjukkan preferensi yang kuat untuk vaksin Johnson & Johnson. Nkengasong mengatakan, Uni Afrika perlu melakukan vaksinasi terhadap 60 persen dari populasinya.
“Kami perlu mengimunisasi setidaknya 60 persen dari populasi kami untuk menyingkirkan virus dari benua kami. Perjanjian Johnson & Johnson memungkinkan kami untuk bergerak menuju pencapaian target ini,” kata Nkengasong.
Sebagian besar pasokan Johnson & Johnson untuk Uni Afrika akan diproduksi oleh Aspen Pharma di Afrika Selatan. Benua Afrika sangat tertinggal dalam melaksanakan program vaksinasi Covid-19. Sejauh ini sekitar 0,4 persen populasi Afrika Selatan telah menerima suntikan vaksin Covid-19 sebanyak satu dosis.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan, Afrika Selatan akan mendapatkan 30 juta vaksin dari fasilitas Aspen. Sementara sekitar 250 juta akan didistribusikan ke seluruh benua Afrika. Aspen telah mengontrak Johnson & Johnson untuk memproduksi 300 juta dosis. Sebagai bagian dari rencana vaksin Uni Afrika, Bank Ekspor-Impor Afrika (Afreximbank) telah menyetujui pendanaan hingga 2 miliar dolar AS bagi negara-negara untuk membeli suntikan melalui Uni Afrika.
Pada Februari, Afrika Selatan menghentikan penggunaan suntikan vaksin Covid-19 dari AstraZeneca setelah data menunjukkan bahwa vaksin tersebut memberikan perlindungan minimal terhadap infeksi ringan hingga sedang. Beberapa negara di Eropa telah menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca karena terdapat laporan terjadi pembekuan darah, setelah menerima suntikan tersebut. Namun regulator global mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca aman dan efektif. Rizky Jaramaya/ Reuters