REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Sampah menumpuk di jalan-jalan kota utama Myanmar pada Selasa (30/3). Aktivis penentang kudeta melancarkan gerakan "pemogokan sampah" untuk menentang pemerintahan militer.
Sebuah kampanye pembangkangan sipil dengan pemogokan terhadap pemerintahan militer telah melumpuhkan sebagian besar ekonomi dan menjadi taktik baru. Upaya paling kini untuk menggalang dukungan, pengunjuk rasa berusaha berkampanye dengan meminta warga meninggalkan sampah di persimpangan jalan utama.
"Aksi mogok sampah ini adalah aksi menentang junta. Semua orang bisa bergabung," tulis sebuah poster di media sosial.
Gambar yang diposting di media sosial menunjukkan tumpukan sampah menumpuk di Yangon. Kampanye tersebut dilakukan untuk menyangkal seruan yang dikeluarkan melalui pengeras suara di beberapa lingkungan Yangon yang mendesak penduduk untuk membuang sampah dengan benar pada Senin (29/3).
Militer Myanmar selama beberapa dekade membenarkan cengkeramannya pada kekuasaan. Mereka menggunakan alasan militer adalah satu-satunya institusi yang mampu menjaga persatuan nasional.
Tindakan itu pun membuat militer kembali merebut kekuasaan pada 1 Februari. Junta mengatakan bahwa pemilihan November yang dimenangkan oleh partai Aung Suu Kyi adalah penipuan meski komisi pemilihan membantah tuduhan tersebut.