REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Media Inggris BBC mengatakan salah satu jurnalisnya di China pindah ke Taiwan. Langkah ini dilakukan saat Beijing semakin keras mengkritik liputan BBC mengenai pelanggaran hak asasi manusia terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.
Pada BBC Radio, wartawan BBC di China John Sudworth mengatakan ia dan keluarganya pindah karena semakin sulit tinggal di Negeri Tirai Bambu. Ia diawasi, diancam dengan gugatan hukum, dihalang-halangi, dan diintimidasi.
"Kami pergi dengan buru-buru, diikuti dengan polisi berpakaian preman sampai ke bandara sampai check-in. Realitas menyeramkan bagi wartawan diperjelas hingga akhir," katanya seperti dikutip South Morning China Post, Kamis (1/4).
Kementerian Luar Negeri China mengatakan, Sudworth belum memberi notifikasi mengenai kepergiannya. Mereka juga mengecam keras laporan BBC mengenai Xinjiang, Covid-19, dan Hong Kong.
"Kami tidak pernah mengancamnya, kami tidak tahu mengapa ia pergi karena ia tidak mengucapkan selamat tinggal," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying.
Dalam pernyataan BBC mengatakan, walaupun meninggalkan China Daratan, Sudworth tetap koresponden mereka di China. "Karya John mengungkapkan kebenaran yang otoritas China tidak ingin dunia tahu," kata BBC.
Baca juga : Tarif Genose di Bandara YIA dan Juanda Rp 40 Ribu
Bulan lalu Pemerintah China melarang siaran BBC World News untuk merespons apa yang Kedutaan Besar China di Inggris sebut 'rekayasa tanpa akhir 'kebohongan abad ini' mengenai China'. Bulan Februari lalu BBC melaporkan perempuan di kamp di Xinjiang menjadi korban pemerkosaan, pelecehan seksual, dan penyiksaan.
China berkali-kali membantah laporan BBC tersebut dan mengatakan tidak ada pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang seperti yang diungkapkan negara-negara dan kelompok hak asasi manusia Barat. Nama Sudworth tidak dicantumkan dalam laporan mengenai Xinjiang.
Namun, Menteri Luar Negeri serta media yang didukung pemerintah dan Partai Komunis China mengkritiknya. Media milik Pemerintah China melaporkan negara itu akan menuntut BBC atas liputan mengenai Xinjiang. Media itu tidak menjelaskan dengan perinci gugatan tersebut dan tidak ada notifikasi di pengadilan setempat.
"Saya pikir orang-orang itu mencoba melindungi hak dan kepentingannya sendiri melalui jalur hukum, tapi tindakan semacam itu tidak ada hubungannya dengan Pemerintah China," kata Hua.
Perkumpulan wartawan asing, Foreign Correspondents’ Club of China, mengatakan Sudworth meninggalkan pesan singkat pada 23 Maret lalu. Wartawan BBC itu mengatakan ia dan istrinya, Yvonne Murray, wartawan stasiun televisi Irlandia, RTE, pergi meninggalkan China.
Baca juga : Surat Wasiat Wanita yang Serang Mabes Polri Sebut Nama Ahok