Kamis 01 Apr 2021 11:51 WIB

Selandia Baru tak Ikut Kritik Laporan Asal Usul Covid-19 WHO

Sekutu Selandia Baru meragukan laporan WHO soal asal usul Covid-19

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
 Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern
Foto: EPA-EFE/DAVID ROWLAND
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Selandia Baru mengatakan ingin menganalisis laporan WHO mengenai asal usul Covid-19 secara independen sebelum memberikan komentar. Hal itu disampaikan untuk menjelaskan mengapa negara Pasifik itu tidak mengkritik laporan tersebut.

Tiga belas negara termasuk sekutu Selandia Baru dalam aliansi Five Eyes yakni Amerika Serikat (AS), Inggris, Australia, dan Kanada meragukan laporan WHO yang terbaru mengenai asal usul virus corona. Sebab, akses terhadap data kompletnya lemah dan dirilis terlambat.

Baca Juga

Selandia Baru diundang untuk menandatangani pernyataan gabungan yang mengungkapkan kritikan tersebut. Tapi mereka menolak menandatanganinya.

"Selandia Baru menyadari sejumlah negara anggota mengungkapkan beberapa kekhawatiran, Selandia Baru ingin memastikan kami melakukan analisa independen terlebih dahulu untuk memastikan kami memahami sainsnya sebelum memberikan komentar," kata Kementerian Luar Negeri Selandia Baru, Kamis (1/4).

Kementerian Luar Negeri tidak mengungkapkan apakah akan mengeluarkan pernyataan yang terpisah atau tidak. Mereka hanya mengatakan para ilmuwan Selandia Baru yang telah terlibat dalam respon Covid-19 sedang menganalisa laporan tersebut.

"Ketika mereka selesai kami akan memutuskan cara yang paling tepat dalam mengomentari misi tersebut," kata Kementerian Luar Negeri.

Para akademisi mengkritik Selandia Baru karena tidak itkut menandatangani pernyataan gabungan tersebut. Hal itu menimbulkan pertanyaan apakah negara Pasifik mencoba tidak membuat China marah.

"Apakah pada titik ini bungkamnya Selandia Baru terhadap Cina lebih terlihat seperti rasa takut dibandingkan ketenangan," kata pakar Cina di University of Canterbury, Anne-Marie Brady di Twitter.  

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement