REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis, Emmanuel Macron. memerintahkan karantina nasional Covid-19 yang ketiga. Ia mengatakan sekolah akan ditutup selama tiga pekan untuk menahan laju penyebaran virus corona agar rumah-rumah sakit Prancis tidak kewalahan menerima pasien.
Jumlah kasus kematian terkait Covid-19 di Prancis hampir 100 ribu orang, unit gawat darurat juga sedang menghadapi gelombang pasien dan program vaksinasi lebih lambat dibandingkan yang diperkirakan. Macron pun terpaksa meninggalkan rencana mempertahankan Prancis tetap dibuka demi melindungi perekonomian negara itu.
"Kami akan kehilangan kendali bila tidak bergerak sekarang," kata Macron dalam pidato yang disiarkan televisi nasional, Kamis (1/4).
Pengumumannya ini berarti langkah yang sudah diterapkan beberapa pekan terakhir di Paris dan wilayah utara serta selatan Prancis akan diberlakukan di seluruh negeri selama satu bulan. Kebijakan ini mulai berlaku (3/4) mendatang.
Macron terpaksa melanggar janjinya untuk menjaga akan sekolah tetap dibuka. Sejak awal tahun ini Presiden Prancis berusaha tidak perlu menutup seluruh negeri dalam upaya menahan laju penyebaran virus agar perekonomian memiliki kesempatan untuk pulih dari karantina nasional tahun lalu.
Namun mantan bankir investasi itu kehilangan opsi setelah varian baru virus corona yang lebih menular menyebar ke seluruh Prancis dan sebagian Eropa. Mulai pekan depan proses belajar dilakukan jarak jauh setelah itu diliburkan selama dua pekan, lebih awal dari yang dijadwalkan sebelumnya.
Setelah itu siswa Taman Kanak-kanak dan sekolah dasar dapat kembali ke sekolah. Sementara sekolah menengah pertama dan atas tetap belajar dari rumah.
"Ini solusi terbaik untuk memperlambat laju penyebaran virus," kata Macron sambil menambahkan Prancis berhasil mempertahankan kelas tatap muka dibanding negara-negara tetangga, dilansir dari Reuters.