REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan tinjauan ketidaksetaraan ras yang ditugaskan ke Komisi Disparitas Ras dan Etnis Inggris telah menyimpulkan tak ada lagi rasialisme institusional di negaranya. Dia menyebut hal itu cukup menstimulasi, tapi banyak hal perlu dilakukan untuk mengatasi isu tersebut.
"Saya tidak ingin mengatakan pemerintah akan sepenuhnya setuju dengan semua yang ada di dalamnya (laporan), tapi ada beberapa karya orisinal serta menstimulasi di dalamnya, tapi saya pikir orang perlu membaca dan mempertimbangkan," kata Johnson, Kamis (1/4).
Johnson menilai ada masalah sangat serius yang dihadapi masyarakat Inggris terkait dengan rasialisme. Menurutnya hal itu perlu diatasi.
"Kita harus berbuat lebih banyak untuk memperbaikinya dan kita perlu memahami parahnya masalah," ujarnya.
Dalam laporan Komisi Disparitas Ras dan Etnis Inggris disebutkan faktor geografi, keluarga, dan sosial-ekonomi memainkan peran lebih besar pada peluang hidup seseorang daripada ras. Namun, kesimpulan itu dikritik para pegiat kesetaraan ras. Mereka mengatakan laporan tersebut menutup-nutupi fakta di lapangan.
Pada Kamis, media Inggris melaporkan penasihat senior Johnson untuk etnis minoritas Samuel Kasumu mengundurkan diri. Downing Street menyatakan kepergiannya tidak terkait dengan laporan tentang disparitas tersebut.
Saat berbicara dengan media, Johnson mengucapkan terima kasih kepada Kasumu atas pekerjaannya. Menurut Johnson, Kasumu telah melakukan pekerjaan hebat yang mendorong kelompok etnis minoritas untuk menerima vaksin Covid-19.