REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Australia akan tetap melanjutkan program vaksinasi menggunakan vaksin AstraZeneca. Langkah itu diambil meski telah ditemukan kasus pembekuan darah pada warganya yang menerima dosis pertama vaksin tersebut.
Regulator The Therapeutic Goods Administration (TGA) dan panel The Australian Technical Advisory Group on Immunization (ATAGI) melakukan pertemuan pada Jumat (2/4) malam dan Sabtu (3/4) pagi untuk membahas saran lebih lanjut tentang vaksin AstraZeneca. "Saat ini kami belum diberi tahu oleh ATAGI atau TGA untuk menghentikan peluncuran vaksin AstraZeneca di Australia," kata wakil kepala petugas medis Australia, Michael Kidd, dalam sebuah pengarahan yang disiarkan pada Sabtu.
Pada kesempatan itu, Kidd mengatakan kasus pembekuan darah yang telah ditemukan di sana kemungkinan terkait dengan vaksin. "Risiko efek samping yang serius tetap sangat rendah, tapi keamanan adalah yang terpenting. Itulah mengapa ATAGI dan TGA terus melakukan uji tuntas pada kasus ini," ujarnya.
Seorang pria berusia 44 tahun yang dirawat di rumah sakit Melbourne mengalami pembekuan darah atau trombosis serius. Hal itu terjadi beberapa hari setelah dia menerima vaksin AstraZeneca.
Kasus semacam itu sudah ditemukan di sejumlah negara. Pada Kamis (1/4) lalu, Inggris mengidentifikasi 30 kasus pembekuan darah yang langka pada orang-orang yang divaksinasi menggunakan AstraZeneca.
Selain Inggris, kasus trombosis pasca-vaksinasi menggunakan AstraZeneca juga ditemukan di Kanada, Prancis, Jerman, Spanyol, dan beberapa lainnya, dikutip dari Reuters.