REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pasukan keamanan Yordania menangkap sejumlah pejabat tinggi pemerintah saat penyelidikan terus berlangsung. Militer juga memperingatkan Putra Mahkota Pangeran Hamzah bin Al Hussein tidak mengganggu stabilitas negara.
Kantor berita Petra, Sabtu (3/4), melaporkan seorang pejabat senior militer Yordania mengatakan seorang mantan menteri dan anggota keluarga kerajaan turut ditahan. Pemerintah membantah menahan Pangeran Hamzah.
Namun, mantan putra mahkota itu merilis sebuah video di mana ia mengaku menjadi tahanan rumah. Ia diminta tidak meninggal rumah dan berbicara dengan siapa pun. Amerika Serikat (AS) menanggapi potensi gejolak yang mungkin terjadi di Yordania.
"Kami memantau dengan saksama laporan-laporan dan terus berhubungan dengan pemerintah Yordania, Raja Abdullah II mitra penting Amerika Serikat dan kami mendukungnya sepenuhnya," kata Kementerian Luar Negeri AS, seperti dikutip Aljazirah, Ahad (4/4).
Arab Saudi juga sudah mengeluarkan pernyataan yang mengatakan mendukung sepenuhnya semua keputusan dan langkah yang diambil Raja Abdullah dan Yang Mulia Pangeran Al Hussein bin Abdullah II dalam menjaga keamanan dan stabilitas. Begitu pula dengan Mesir.
"Mendukung Raja Abdullah dan upaya dalam menjaga stabilitas kerajaan dari setiap upaya untuk merusaknya," kata juru bicara pemerintah Mesir di media sosial Facebook.
Baca juga : Pasukan Eritrea Menarik Diri dari Tigray Ethiopia