REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedutaan Besar (Kedubes) China untuk Indonesia menyatakan tuduhan negara Barat atas masalah di Xinjiang adalah rumor bohong. Menurutnya, upaya itu dilakukan karena negara-negara tersebut gagal dalam mencapai tujuan politis yang ingin dicapai.
"Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah kecil negara Barat memiliki motif politis untuk memusuhi China, sehingga menciptakan rumor bohong bahwa China melakukan apa yang disebut 'penindasan etnik minoritas', 'pembatasan kebebasan beragama', dan lain-lain di Xinjiang," ujar keterangan resmi dari Kedubes China untuk Indonesia yang diterima Republika.co.id, Senin (5/4).
Laporan negara-negara Barat, sebelumnya, telah menyatakan China melakukan genosida, pemandulan paksa, dan kerja paksa terhadap etnis Uighur di Xinjiang. Pernyataan tersebut, menurut Kedubes China, bertujuan untuk menyesatkan masyarakat internasional, menghambat kemajuan China, merusak hubungan persahabatan antara China dengan negara-negara Muslim termasuk Indonesia.
Kedubes China pun mengutip beberapa pihak yang mengungkapkan sisi lain dari klaim negara Barat atas kasus di Xinjiang. Salah satunya pernyataan Kolonel Angkatan Darat dan mantan Kepala Staf Kantor Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Colin Powell, Lawrence Wilkerson, pada Agustus 2018.
"Apabila CIA bisa memanfaatkan orang-orang Uighur ini, dan bergabung dengan mereka untuk memprovokasi Beijing, maka itu bisa menggoyang China dari dalam, tanpa perlu menggunakan kekuatan eksternal," ujar Kedubes China mengutip pernyataan Wilkerson.
Baca juga : Yordania Diguncang Intervensi Asing, Pangeran Hamzah Ditahan
Selain itu, pernyataan Kedubes China pun menekankan, tuduhan negara Barat akibat keunggulan ekonomi dan teknologi yang pesat di Beijing. Padahal, selama beberapa ratus tahun, kondisi itu dipegang oleh mereka.
"Negara-negara Barat menjadi mulai khawatir bahwa kepentingan mereka akan terganggu. Karena itu, mereka mengupayakan segala cara untuk menghambat kemajuan negara-negara berkembang, dengan menggunakan "kedok" seperti HAM, demokrasi, dan lain-lain," kata Kedubes China.
Pernyataan tersebut menyatakan, negara Barat yang justru menghadapi masalah Hak Asasi Manusia (HAM), diskriminasi rasial, ketidaksetaraan sosial, dan kesenjangan antara kaya dan miskin. Terlebih lagi, mereka juga memiliki catatan sejarah yang sangat memalukan mengenai genosida dan perdagangan budak.
"Mereka sama sekali tidak layak untuk 'menggurui' negara-negara berkembang," ujar pernyataan tersebut.