REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Pemerintah Amerika Serikat (AS) tengah menunggu pembicaraan tidak langsung dengan Iran pada Selasa (6/4) mengenai kesekapatan nuklir 2015.
Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price ada beberapa hal terkait kesepakatan nuklir Iran pada 2015 yang menjadi sulit bagi masing-masing pihak. Pembicaraan tidak langsung antara para pejabat kedua negara dijadwalkan diselenggarakan di Ibu Kota Wina, Austria, dengan pejabat Eropa bertindak sebagai perantara.
“Ini adalah hari-hari awal. Kami tidak mengantisipasi terobosan awal atau segera karena diskusi ini kami perkirakan sepenuhnya akan sulit,” ujar Price, dilansir The Arab Weekly, Selasa (6/4).
Pembicaraan tidak langsung AS dan Iran diharapkan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015, di mana sanksi ekonomi terhadap Iran akan dikurangi dengan imbalan berupa pembatasan program nuklir negara itu. Utusan khusus AS untuk Iran, Rob Malley akan memimpin delegasi di Wina.
Malley mengatakan jika salah satu pihak mengambil posisi maksimal dan mengatakan bahwa pihak lain harus melakukan semuanya terlebih dahulu sebelum bergerak, maka akan sulit untuk melihat bagaimana ini berhasil. Kesepakatan nuklir tersebut, yang secara resmi dinamai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), disepakati oleh Iran dan enam negara yaitu Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia, dan AS.
AS menarik diri dari kesepakatan tersebut di era kepemimpinan mantan presiden Donald Trump. Hal itu membuat sanksi terhadap Iran kembali diberlakukan, sehingga negara Timur Tengah itu melanggar beberapa pembatasan yang ada dalam ketentuan sebagai langkah balasan.