Dengan kaki terendam lumpur, sekelompok anak-anak di Indramayu, Jawa Barat menanam pohon bakau di pinggir pantai Laut Jawa.
Kegiatan menanam pohon tersebut diawasi oleh seorang pencinta lingkungan bernama Samsudin.
Samsudin yang dulunya adalah seorang guru kini mengabadikan hidupnya untuk melakukan upaya konservasi lingkungan.
Ia juga menyebarkan pesan tentang pentingnya melindungi hutan bakau di daerah yang terancam erosi dan kerusakan pantai.
Dan pesan tersebut disampaikan kepada anak-anak berusia 11-15 tahun lewat dongeng menggunakan boneka monyet dan orangutan.
Kepada kantor berita Reuters, ia mengatakan dirinya menyayangkan beberapa orang di desanya menganggap pohon bakau sebagai "gangguan" sehingga suka menebangnya.
Indonesia adalah rumah bagi lebih dari seperlima hutan bakau dunia, yang mencegah air pasang tinggi secara alami.
Namun selama bertahun-tahun, warga yang tinggal di sekitar pantai telah menebang pohon untuk membuka tambak ikan dan udang, juga sawah.
Samsudin mengatakan ia telah membantu menanami 700 hektar bakau di wilayahnya.
Meskipun baru dilakukan di tingkat daerah, tapi usaha Samsudin dan warga telah menarik perhatian.
Indonesia baru-baru ini tergabung dalam salah satu kampanye penanaman bakau dunia.
Targetnya adalah menanam 150.000 hektar di sembilan provinsi setiap tahunnya sampai tahun 2024.
Menurut Hartono, kepala badan penanaman bakau, hingga saat ini, Indonesia memiliki 3,3 juta hektar wilayah bakau, dengan lebih dari 600.000 hektarnya berada dalam kondisi kritis.
Data dari Kementerian Kehutanan dari tahun 2017 memperkirakan sebanyak 1,8 juta hektar bakau telah rusak.
Hartono mengatakan penyebab degradasi terbesar di Indonesia adalah penebangan liar dan konversi lahan.
Cukup Rudiyanto, aktivis lingkungan lainnya di Indramayu yang juga menanam pohon bakau, menyalahkan kurangnya sedimentasi di area pantai daerah timur ibukota Jakarta yang menjadi penyebab rusaknya hutan bakau.
Bagi Samsudin, mendidik orang lain tentang lingkungan adalah bentuk ungkapan rasa cinta, walaupun ia mengakui beberapa anggota keluarganya mempertanyakan mengapa ia menyisihkan banyak sekali waktu untuk lingkungan.
Salah satu murid Samsudin, Muhammad Jefri yang berusia 12 tahun, mengatakan pengajaran soal lingkungan sangatlah berkesan.
Reuters
Ikuti berita seputar pandemi Australia di ABC Indonesia