REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Universitas Oxford mengatakan telah menghentikan uji coba vaksin yang dikembangkan bersama AstraZeneca pada kalangan anak-anak dan remaja. Mereka menunggu lebih banyak data tentang masalah pembekuan darah yang ditemukan pada sejumlah orang dewasa setelah menerima vaksin tersebut.
Dalam keterangannya yang dirilis pada Selasa (6/4), Oxford mengatakan tidak ada masalah keamanan dalam uji coba pediatrik. Ia menyebut akan menunggu panduan dari badan pengawas obat Inggris sebelum memberikan vaksinasi lebih lanjut.
Pada Februari lalu, Oxford mengatakan berencana menguji vaksin yang dikembangkannya bersama AstraZeneca pada anak berusia antara enam hingga 17 tahun. Sebanyak 300 sukarelawan hendak dilibatkan dalam studi tersebut.
Saat ini European Medicines Agency (EMA) tengah meninjau laporan kasus pembekuan darah otak langkah yang dikenal sebagai trombosis sinus vena serebral (CVST) pada orang-orang penerima vaksin AstraZeneca. EMA diharapkan merilis temuannya pada Rabu atau Kamis pekan ini.
Seorang pejabat senior EMA mengatakan ada hubungan yang jelas antara vaksin dan CVST. Kendati demikian penyebab langsung dari penggumpalan darah tersebut masih belum diketahui.
Sejauh ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih tetap merekomendasikan penggunaan vaksin AstraZeneca. Ia menyebut manfaat vaksin lebih besar daripada risikonya. Saat ini sejumlah negara di dunia, termasuk Eropa, telah menangguhkan atau membatasi penggunaan AstraZeneca.