REPUBLIKA.CO.ID, TASHKENT -- Uzbekistan akan beralih ke aksara Latin pada 1 Januari 2023 setelah masa transisi selama 30 tahun. Setelah kemerdekaannya dari Uni Soviet, Uzbekistan menggunakan aksara Kiril seperti pecahan republik Soviet lainnya sejak 1940.
Negara itu kemudian mengadopsi undang-undang untuk beralih ke aksara Latin pada 2 September 1993. Meskipun kedua huruf tersebut digunakan secara bersamaan di Uzbekistan, korespondensi resmi masih dilakukan dengan aksara Kiril. Namun, kegiatan belajar mengajar di sekolah dan universitas dilakukan dengan buku-buku Uzbek dalam aksara Latin.
Diadaptasi menjadi huruf latin yang terdiri dari 31 huruf dan tanda pemisah, aksara ini diperbarui pada 1995 menjadi 29 huruf. Huruf sh, ch, o' dan g' masing-masing diganti dengan huruf ş, ç, ö dan ğ dalam alfabet pada 1993.
Draf amandemen undang-undang tentang penerapan aksara Uzbek yang disesuaikan dengan huruf Latin untuk mengubah aksara Latin yang diadopsi pada 1995 disahkan dan ditandatangani oleh Presiden Shavkat Mirziyoyev
Reformasi ini diubah dengan usulan baru pada 2019, yang menggantikan digraf dengan tanda diakritik. Huruf sh, ch, o 'dan g', diganti dengan huruf ş, ç, ğ, garis atas o (ō) dan ng seperti dalam bahasa Turki.
Setelah draf alfabet baru disetujui, Uzbekistan akan beralih ke aksara Latin pada 1 Januari 2023.
Setelah tanggal tersebut, semua lembaga akan melakukan korespondensi resmi dengan menggunakan aksara latin, begitu pula dengan media massa, media elektronik, situs web berita dan percetakan.
Kartu identitas, izin tinggal, nama jalan, institusi, plakat dan papan nama akan disiapkan dalam aksara Latin.
Aksara baru akan mendekatkan Uzbekistan ke negara-negara Turkic
Berbicara kepada Anadolu Agency, ahli bahasa Marufjan Yuldashev mengatakan adaptasi aksara Uzbek ke huruf Latin pada 1993 adalah salah satu perubahan paling serius setelah kemerdekaan.
Yuldashev, yang merupakan penasihat menteri kebudayaan Uzbekistan, mengatakan perubahan itu dilakukan untuk menghilangkan kekurangan dalam alfabet Kiril dan untuk menegaskan kemerdekaan politik negara itu.
Ahli bahasa itu mengatakan bahwa dia juga terlibat dalam kelompok kerja yang dibentuk untuk menyiapkan alfabet baru.
“Aksara baru kami menjadi lebih mudah dipahami untuk semua negara Turkic yang akan beralih ke aksara Latin. Uzbekistan akan lebih dekat dengan negara-negara berbahasa Turki dengan beralih ke alfabet Latin," ungkap dia.
Mengacu pada periode transisi yang panjang, Yuldashev mengatakan Uzbekistan harus berhenti menggunakan huruf Kiril dan Latin pada saat yang bersamaan.