Kamis 08 Apr 2021 19:44 WIB

Ramos Horta Kritik Keras ASEAN Soal Myanmar

Ramos Horta menilai Komunitas ASEAN akan jadi klise, tanpa substansi dan tujuan.

Pengunjuk rasa anti-kudeta bertujuan untuk membela diri dengan senapan angin rakitan selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, Sabtu, 3 April 2021. Ancaman kekerasan mematikan dan penangkapan pengunjuk rasa telah gagal menekan demonstrasi harian di seluruh Myanmar yang menuntut militer. mundur dan memulihkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis
Foto: AP
Pengunjuk rasa anti-kudeta bertujuan untuk membela diri dengan senapan angin rakitan selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, Sabtu, 3 April 2021. Ancaman kekerasan mematikan dan penangkapan pengunjuk rasa telah gagal menekan demonstrasi harian di seluruh Myanmar yang menuntut militer. mundur dan memulihkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sentralitas ASEAN (ASEAN Centrality) dan Komunitas ASEAN (ASEAN Community) dianggap akan menjadi klise jika para pemimpin tidak melawan perampas kekuasaan oleh militer di Myanmar.Pandangan itu diungkapkan Penerima Nobel perdamaian 1996 Jose Ramos Horta dalam diskusi secara virtual bertajuk "Southeast Asian People-to-People Region Hall on the Political Crisis in Myanmar", Kamis.

"Sentralitas ASEAN dan Komunitas ASEAN akan menjadi klise belaka, tanpa substansi dan tujuan, jika para pemimpin mengkhianati harapan rakyat Myanmar yang berjuang dengan damai dan mempertaruhkan nyawa," kata dia.

Baca Juga

Ramos Horta juga mengutuk keras perlakuan junta militer Myanmar terhadap penerima Nobel perdamaian 1991 Aung San Suu Kyi."Akui pemerintahan terpilih yang memenangkan Pemilu November lalu. Harus ada dialog untuk memulihkan pemerintah terpilih itu serta situasi di Myanmar," kata dia.

Sementara itu, pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dr. Dino Patti Djalal mengatakan masalah Myanmar merupakan tragedi Asia Tenggara karena demokrasi yang diperjuangkan hilang.Saat ini ketidakadilan, penindasan, teror, serta kekerasan terjadi di Myanmar --bertentangan dengan misi yang diperjuangkan.

Ia mengatakan tragedi yang terjadi di Myanmar merupakan masalah bagi ASEAN, yang selalu menyuarakan kepentingan masyarakat.Saat krisis di Myanmar melanda, masyarakat Asia Tenggara tidak ingin menjadi pengamat yang pasif, kata Dino."Mereka ingin mengambil sikap tegas melawan ketidakadilan, serta memberi dorongan moral dan politik yang kuat untuk menolak kudeta militer, dan mengembalikan Myanmar ke jalur demokrasi, kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement