Jumat 09 Apr 2021 09:25 WIB

Mesir Ungkap Kota Hilang di Luxor Berusia 3.000 Tahun  

Kota hilang yang ditemukan di Luxor dibangun era firaun kesembilan

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Kota hilang yang ditemukan di Luxor dibangun era firaun kesembilan. Salah satu kuil di Luxor, Mesir (Ilustrasi)
Foto: Antara
Kota hilang yang ditemukan di Luxor dibangun era firaun kesembilan. Salah satu kuil di Luxor, Mesir (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Ahli Arkeolog Mesir menemukan sebuah kota yang hilang. Kota tersebut dibangun pada masa pemerintahan Amenhotep III, firaun kesembilan dari Dinasti ke-18. 

Kota yang terkubur di bawah pasir dekat Lembah Para Raja di Luxor itu berusia 3.000 tahun. Tetapi temuan menyebutkan, bahwa sejumlah besar perkakas di dalam tembok kota yang digali, masih sangat terawat dengan baik. 

Baca Juga

Tim yang dipimpin arkeolog terkemuka Dr Zahi Hawass, tengah menggali untuk menemukan kamar mayat kuil Tutankhamun dekat Luxor. Sebelumnya mereka telah menemukan bangunan bata lumpur yang membentang ke segala arah. 

"Kami memulai pekerjaan kami mencari kuil kamar mayat Tutankhamun karena kuil Horemheb dan Ay ditemukan di daerah ini,” kata Dr Hawass, dilansir dari The National News, Jumat (9/4). 

Di dalam gedung-gedung kota, beberapa di antaranya setinggi tiga meter, terdapat perkakas perhiasan, kumbang, dan tembikar. Ahli Mesir Kuno sudah memuji pentingnya temuan tersebut, dengan beberapa menyamakannya dengan penemuan Pompeii, kota kuno lain yang berisi sejumlah besar artefak utuh. 

“Penemuan kota yang hilang ini adalah penemuan arkeologi terpenting kedua sejak makam Tutankhamun,” kata Dr Betsy Brian, profesor Egyptology di Universitas Johns Hopkins di Baltimore. 

"Penemuan kota yang hilang tidak hanya akan memberi kita sekilas gambaran langka tentang kehidupan orang Mesir Kuno pada saat Kekaisaran berada pada kondisi terkaya, tetapi akan membantu kita menjelaskan salah satu misteri terbesar dalam sejarah: mengapa Akhenaten dan Nefertiti memutuskan untuk pindah ke Amarna? "sambungnya.

Misi tersebut telah berada di lokasi selama tujuh bulan terakhir dan sejak itu telah menggali sebagian besar kota. Perbatasannya meluas sampai ke Deir El Medina di dekatnya, sebuah desa Mesir kuno yang merupakan rumah bagi para pengrajin yang bekerja di makam di Lembah Para Raja selama dinasti ke-18 hingga ke-20.

Dr Hawass mengaku bangga dengan misi tersebut. “Banyak perwakilan luar negeri mencari kota ini dan tidak pernah menemukannya,” kata dia.

Kota itu, ujar Hawass, adalah pemukiman dinasti ke-18 administrasi dan industri terbesar di tepi barat Luxor. Lokasinya sangat dekat dengan beberapa monumen Mesir kuno paling terkenal di Luxor, sehingga membingungkan karena belum digali lebih awal.

Kota ini berada di antara kuil Ramses III di Medinet Habu dan kuil Amenhotep III di Memnon, dua dari situs warisan Mesir kuno paling populer di daerah tersebut.

Sisa-sisa toko roti dan area persiapan makanan, lengkap dengan oven dan gerabah, ditemukan di kota. Juga ditemukan sejumlah kiln yang diyakini digunakan untuk membuat faience dan barang-barang dekoratif lainnya.

“Lapisan arkeologi tidak tersentuh selama ribuan tahun, ditinggalkan oleh penduduk kuno seolah-olah baru terjadi kemarin,” kata Dr Hawass.

 

Sumber: thenationalnews

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement