REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Aktivis anti-kudeta Myanmar mengajak masyarakat untuk menunjukkan perlawanan mereka pada pemerintahan militer dengan kostum dan doa menjelang liburan tahun baru. Mereka berharap dapat menjaga momentum atas gerakan yang telah menewaskan 700 orang.
Tahun baru Myanmar atau disebut Thingya, salah satu liburan paling penting di negara Asia Tenggara itu. Biasanya dirayakan dengan doa, ritual membersihkan gambar Buddha di kuil dan melemparkan air suci ke jalan.
"Dewan militer tidak memiliki Thingyan, kekuatan rakyat ada di tangan rakyat," kata ketua kelompok unjuk rasa General Strike Collaboration Committee Ei Thinzar Maung di Facebook, Senin (12/4).
"Masyarakat harus bersatu untuk mempertahankan Thingyan rakyat," tambahnya.
Ia meminta penganut agama Buddha untuk memakai pakaian keagamaan tertentu dan membacakan doa bersama-sama. Bagi masyarakat Kristen dapat memakai baju putih dan membaca mazmur.
Ei mengatakan penganut agama lain mengikuti anjuran pemimpin agama masing-masing. Liburan Tahun Baru Thingyan berlangsung dari 13 hingga 17 April.