REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Senat Brasil meluncurkan penyelidikan tentang penanganan pandemi Covid-19 oleh pemerintahan Presiden Jair Bolsonaro. Para ahli tenaga medis menyebut penanganan pandemi Covid-19 oleh pemerintahan Presiden Bolsonaro menjadi salah satu yang terburuk di dunia.
Brasil mencatat kematian tertinggi kedua setelah Amerika Serikat (AS). Pada Rabu (14/4) jumlah kematian harian akibat virus korona telah melampaui angka 360 ribu. Sekretaris Dewan Kesehatan Nasional melaporkan 3.808 kematian dan 82.186 kasus baru pada Selasa (13/4).
Mahkamah Agung Brasil mengesahkan pembukaan penyelidikan Senat, yang dikenal secara lokal dengan akronim Portugis, CPI. Ini adalah sebuah langkah yang disambut baik oleh senator oposisi.
"Kinerja pemerintah dalam menangani pandemi adalah yang terburuk. Bolsonaro sangat takut pada CPI atas kecaman yang akan datang dan apa yang akan terungkap tentang kemungkinan pemakzulan dan tidak terpilih kembali tahun depan," ujar mantan Menteri Kesehatan dan senator dari Partai Buruh, Humberto Costa, dilansir Aljazirah, Kamis (15/4).
Costa mengatakan, penyelidikan akan menyelidiki tuduhan bahwa Bolsonaro menolak tindakan jarak sosial, menargetkan otoritas lokal yang mencoba menerapkan lockdown, bertindak lalai dalam memperoleh vaksin, serta menyebut obat-obatan yang tidak efektif seperti chloroquine. Secara keseluruhan, 11 senator dan tujuh pengganti akan membentuk panitia yang akan memanggil saksi untuk bersaksi. Senator dalam koalisi yang berkuasa di presiden telah mendesak agar penyelidikan tidak digunakan untuk tujuan politik.
"Kami perlu fokus untuk membawa hasil positif bagi negara kami," kata Senator Nelsinho Trad, sekutu Bolsonaro, kepada CNN Brazil.
Pemakzulan
Penyelidikan tersebut dapat mengarah pada pemakzulan presiden atau bahkan penangkapan. Namun sejumlah analis mengatakan, Presiden Brasil tidak mungkin dimakzulkan. Seorang ilmuwan politik di Tendecias Consultancy, Rafael Cortez mengatakan, senator yang setia kepada Bolsonaro telah memperluas cakupan penyelidikan hingga tingkat wali kota dan gubernur.
Tetapi Cortez mengatakan CPI dapat merusak popularitas Bolsonaro dan peluang pemilihannya kembali tahun depan. Karena sebagian besar pemilih berjuang dengan meningkatnya kemiskinan, pengangguran, kerawanan pangan dan kelaparan, serta pengurangan pembayaran bantuan tunai darurat Covid-19. "Skenario yang paling mungkin terjadi di sini adalah bahwa pemerintah tidak berhasil memulihkan popularitasnya," kata Cortez.
Jajak pendapat terbaru oleh Datafolha, yang diambil pada pertengahan Maret, menunjukkan bahwa 44 persen dari mereka yang disurvei menganggap pemerintah Bolsonaro buruk. Sedangkan 30 persen menganggap itu pemerintahan berjalan baik.
Bolsonaro diperkirakan akan berhadapan dengan mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva pada pemilu 2022. Mahkamah Agung Brasil sebelumnya telah membatalkan dakwaan korupsi terhadap da Silva. Berdasarkan jajak pendapat, da Silva memiliki peluang kuat untuk menang dalam pemilu.