REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris, Prancis, dan Jerman pada Rabu (14/4) mengatakan mereka memiliki "keprihatinan besar" atas pengumuman dari Iran yang akan mulai memperkaya uranium hingga 60 persen.
Sebuah pernyataan bersama dari ketiga negara pada Rabu menyebut keputusan Iran tersebut sebagai "perkembangan serius karena produksi uranium yang sangat diperkaya merupakan langkah penting dalam produksi senjata nuklir."
"Iran tidak memiliki kebutuhan sipil yang kredibel untuk pengayaan pada tingkat ini," ungkap pernyataan itu.
"Kami juga mengungkapkan keprihatinan kami atas laporan bahwa Iran berencana memasang 1.000 sentrifugal tambahan di Natanz, yang secara signifikan akan meningkatkan kapasitas pengayaan nuklir Iran," tambah pernyataan itu, merujuk pada fasilitas di tengah Iran yang mengalami serangan pada Minggu.
Pengumuman Iran itu "sangat disesalkan" karena datang pada saat semua peserta dalam kesepakatan nuklir Iran 2015 - secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPoA) - dan AS telah memulai diskusi substantif, dengan tujuan menemukan solusi diplomatik cepat untuk merevitalisasi dan memulihkan JCPoA.
"Komunikasi berbahaya dari Iran baru-baru ini bertentangan dengan semangat konstruktif dan itikad baik dari diskusi ini," kata mereka.
"Mengingat perkembangan baru-baru ini, kami menolak semua langkah eskalasi oleh aktor mana pun dan menyerukan kepada Iran untuk tidak memperumit proses diplomatik," tambah pernyataan itu.
Iran pada Selasa memberitahu pengawas nuklir internasional tentang rencananya untuk meningkatkan pengayaan uranium setelah serangan di fasilitas nuklir Natanz, yang terletak di provinsi Isfahan.
Mengkonfirmasi perkembangan tersebut, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan Teheran telah menyampaikan niatnya untuk mulai memproduksi uranium hexafluoride (UF6) yang diperkaya hingga 60 persen di pabrik pengayaan bahan bakar di Natanz. Teheran menyalahkan Israel atas serangan Natanz.
Iran telah memperkaya uranium hingga 20 persen sejak awal tahun ini, meski berdasarkan kesepakatan nuklir, negara itu telah setuju untuk memperkaya hanya hingga 3,67 persen.