REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Tentara Libya pada Rabu (14/4) mengatakan dua pesawat Mesir yang mendarat di Bandara Internasional Sabha, selatan Libya membawa senjata dan amunisi kepada pasukan jenderal Khalifa Haftar yang berbasis di timur Libya.
Menurut pernyataan Abdelhadi Drah, juru bicara Operasi Sirte-Jufra di Angkatan Darat Libya, senjata-senjata itu disembunyikan di dalam kumpulan obat-obatan.
"Dua dari pesawat C-130 Mesir mendarat di Bandara Sabha dengan dalih membawa obat-obatan tetapi membawa senjata dan amunisi," ungkap Drah.
Dia menambahkan kotak-kotak tersebut berisi sejumlah obat-obatan, sedangkan sebagian besar berisi senjata. Pada Selasa pagi, Kementerian Kesehatan Libya dari pemerintah persatuan nasional mengumumkan bahwa ada dua kiriman obat-obatan yang datang ke Libya melalui Bandara Internasional Sabha.
TV pro-Haftar Al Hadath melaporkan pada Selasa bahwa pengiriman obat-obatan tiba di Sabha melalui koordinasi antara Haftar dan Presiden Mesir Adel-Fattah al-Sisi. Libya dilanda perang saudara sejak penggulingan Muammar Gaddafi pada 2011.
Perang diperparah ketika Haftar, yang didukung oleh beberapa negara, termasuk Uni Emirat Arab, Mesir, Rusia, dan Prancis, melakukan serangan militer untuk menggulingkan pemerintah yang berbasis di Tripoli yang diakui secara internasional untuk menguasai negara itu.
Pada 23 Oktober 2020, gencatan senjata dicapai di bawah naungan PBB, yang telah dilanggar oleh milisi Haftar dari waktu ke waktu. Pada 5 Februari, kelompok politik saingan Libya setuju selama pembicaraan yang dimediasi PBB di Jenewa untuk membentuk pemerintahan sementara untuk memimpin negara itu ke pemilihan umum pada Desember ini.
Delegasi Libya memilih Mohammad Menfi untuk memimpin tiga anggota Dewan Presiden dan Abdul Hamid Dbeibeh sebagai perdana menteri baru.