REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pakar hak asasi manusia (HAM) PBB memperingatkan meningkatnya kekerasan yang dilakukan pemukim Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat beberapa bulan terakhir. Pada tiga bulan pertama 2021, terjadi lebih dari 210 kekerasan pemukim Israel. Kekerasan yang termasuk pengrusakan properti ini telah menewaskan satu orang warga Palestina.
"Pada 2021, Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) mendokumentasikan 771 insiden kekerasan pemukim Israel yang mengakibatkan 133 warga Palestina terluka dan 9.646 pohon dan 184 mobil rusak, sebagian besar terjadi di daerah Hebron, Yerusalem, Nablus dan Ramallah," kata para pakar dalam pernyataannya seperti dikutip Aljazirah, Rabu (14/4).
Kelompok pakar PBB itu terdiri atas pelapor khusus situasi HAM di wilayah pendudukan Palestina Michael Lynk, pelapor khusus hak nondiskriminasi dan perumahan memadai Balakrishnan Rajagopal, dan pakar independen Claudia Mahler. Mereka mendesak militer dan polisi Israel menyelidiki dan memproses hukum orang-orang yang bertanggung jawab atas kekerasan tersebut.
Menurut pakar PBB, kekerasan biasanya dimotivasi ideologi dan bertujuan 'mengintimidasi dan meneror' warga Palestina. Pemukim Israel ingin mencegah rakyat Palestina mengakses lahan mereka sendiri sambil memaksa mereka pindah.
"Biasanya mengincar warga Palestina yang bekerja di pinggir kota, merusak ternak, lahan pertanian, rumah-rumah dan pohon-pohon," kata mereka.
Dalam pernyataannya, para pakar mencatat, insiden kekerasan 23 Maret lalu di Hebron. Di mana satu keluarga Palestina yang terdiri atas dua orang tua dan delapan anak diserang oleh 10 pemukim Israel yang sebagian diantaranya bersenjata.
"Orang tua yang terluka dirawat di fasilitas medis di Hebron dan anak-anak mengalami trauma," kata para pakar.
Hampir 500 ribu pemukim Israel tinggal di 200 permukiman ilegal dan lusinan kamp tanpa izin di seluruh penjuru wilayah Palestina. Palestina berharap dapat mendirikan negara di Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah 1967.