REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pembatalan penyelenggaraan Olimpiade Tokyo dapat menjadi salah satu opsi yang dipilih oleh Pemerintah Jepang atas berbagai pertimbangan terkait situasi pandemi virus corona jenis baru (Covid-19). Olimpiade sedianya akan digelar Juli tahun ini setelah sebelumnya diundur.
Hal itu disampaikan oleh Toshihiro Nikai selaku sekretaris jenderal Partai Demokrat yang berkuasa di Jepang. Ia mengatakan bahwa membatalkan acara olahraga terbesar di dunia itu bisa menjadi pilihan jika penyebaran wabah Covid-19 membuat penyelenggara kesulitan.
“Jika ternyata menggelar olimpiade tidak mungkin dilakukan, kami tidak punya pilihan apapun selain membatalkannya,” ujar Nikai, dilansir Ani News, Kamis (15/4).
Olimpiade Tokyo pada awalnya dijadwalkan diselenggarakan di musim panas 2020. Namun, pandemi Covid-19 yang baru melanda dunia saat itu membuat Pemerintah Jepang harus membatalkannya dan memutuskan penyelenggaraan digelar pada Juli hingga Agustus tahun ini.
Mengingat pandemi Covid-19 yang masih terjadi, Pemerintah Jepang mengumumkan bahwa penyelenggaraan Olimpiade Tokyo dilakukan dengan menerapkan sejumlah aturan pembatasan. Di antaranya adalah dengan tidak adanya pengunjung dari luar negeri, serta orang-orang yang datang menonton langsung akan dibatasi.
Sebelumnya, dilaporkan bahwa mayoritas warga Jepang dalam jajak pendapat tidak menginginkan Olimpiade Tokyo tetap diselenggarakan. Otoritas negara itu telah mengizinkan sejumlah kecil penonton menghadiri acara olahraga selama pandemi Covid-19, dengan ketentuan berupa larangan bersorak, berteriak, bernyanyi, dan minum alkohol.
Hingga Kamis (15/4), Jepang mengkonfirmasi 512.169 kasus Covid-19 dengan jumlah kematian akibat penyakit wabah ini adalah 9.469. Sementara, jumlah pasien yang dinyatakan sembuh adalah 471.001 orang.