Jumat 16 Apr 2021 11:18 WIB

Sejumlah Warga Afghanistan Khawatir Taliban Kembali Berkuasa

Muncul kekhawatiran perang saudara di Afghanistan.

Dalam foto 12 September 2020 ini, delegasi Taliban datang untuk menghadiri sesi pembukaan pembicaraan damai antara pemerintah Afghanistan dan Taliban di Doha, Qatar. Pada 31 Januari 2021, Rasul Talib, anggota tim negosiasi perdamaian pemerintah Afghanistan memperingatkan Taliban bahwa jika mereka tidak segera melanjutkan pembicaraan damai di Qatar, pemerintah dapat memanggil kembali tim tersebut sebelum kesepakatan tercapai. Talib mengatakan dalam konferensi pers bahwa tim sedang menunggu kembalinya kepemimpinan Taliban ke Doha, Qatar, tempat putaran kedua pembicaraan damai dimulai bulan ini tetapi hanya mengalami sedikit kemajuan.
Foto:

Kekhawatiran serupa pun digaungkan oleh satu dari empat perempuan yang bernegosiasi dengan Taliban untuk pemerintahan Afghanistan, Fatima Gailani. "Penarikan diri tanpa perdamaian diselesaikan di Afghanistan adalah ... tidak bertanggung jawab," katanya kepada CNN.

Gailani mengaku, perhatian terbesarnya adalah perang saudara. Kondisi ini pun akan membuat perempuan Afghanistan kembali berhadapan dengan kerasnya sikap Taliban.

Ketika pemerintahan Taliban berkuasa pada akhir 1990-an, para perempuan dikucilkan dari pendidikan. Kebanyakan perempuan tidak dapat bekerja atau bahkan tidak bisa meninggalkan rumah tanpa wali laki-laki.

Kondisi itu yang menjadi perhatian Fawzia Ahmadi. Perempuan yang saat ini mengajar di sebuah universitas swasta di provinsi Balkh di Afghanistan utara ini menyadari tidak akan bisa bekerja seperti itu ketika negara diperintah oleh Taliban pada 1990-an.

"Kami memiliki kenangan buruk tentang rezim Taliban. Perempuan tidak diizinkan pergi ke sekolah atau universitas dan kami bahkan tidak bisa pergi ke pasar sendirian," kata perempuan berusia 42 tahun ini.

Ahmadi menyatakan, pemerintah Afghanistan yang didukung Barat, hak-hak perempuan telah dilindungi. "Pikiran (Taliban) sama seperti pada tahun 1996. Kami takut akan kebebasan kami," katanya. Dwina Agustin

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement