REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte belum mengetahui kapan negaranya memiliki cukup vaksin Covid-19. Ia juga memperingatkan akan semakin banyak orang yang meninggal dunia dan 'masa-masa terburuk' belum lewat.
Duterte mengatakan, pemerintahnya sudah melakukan yang terbaik walaupun upaya mengatasi pandemi Covid-19 dikritik. Ia juga mengaku didorong untuk menggunakan wewenang darurat seperti mengambil alih hotel bila kekurangan ranjang rumah sakit semakin memburuk.
Namun ia mengatakan, negara-negara kaya yang mengatur pasokan vaksin. Sementara negaranya tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu. "Kapan kami akan memiliki pasokan yang cukup untuk memvaksin masyarakat? Saya benar-benar tidak tahu, tidak ada yang tahu," kata Duterte dalam rapat kabinet yang disiarkan televisi, Jumat (16/4).
"Saya pikir sebelum membaik, kita harus melalui masa-masa yang paling buruk, pasokan tidak cukup untuk mengimunisasi seluruh dunia, butuh waktu lama, saya beritahu kalian akan semakin banyak yang meninggal dunia," tambahnya.
Filipina sudah menerima lebih dari 3 juta vaksin Sinovac dan AstraZeneca. Sebagian besar donasi dari China dan melalui kesepakatan Covax yang diatur oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sampai saat ini setidaknya 1,2 juta orang sudah divaksinasi.
Pemerintah Filipina ingin membeli setidaknya 148 juta dosis untuk memvaksin sekitar 70 juta orang dewasa di negara itu. Tapi rencana itu menghadapi hambatan pasokan dan keterlambatan.
Keterlambatan vaksinasi bertepatan lonjakan kasus infeksi virus korona di ibukota dan empat provinsi terpencil. Sejauh ini Filipina masih menjadi salah satu pusat penyebaran virus korona di Asia Tenggara dengan 904 ribu kasus infeksi dan 15.594 kasus kematian.