Senin 19 Apr 2021 02:30 WIB

Bahaya "Double Mutant" Gelombang Kedua Covid-19 India

Varian baru Covid-19 India diklaim lebih cepat menular

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nashih Nashrullah
Varian baru Covid-19 India diklaim lebih cepat menular  Ilustrasi Covid-19
Foto: www.freepik.com.
Varian baru Covid-19 India diklaim lebih cepat menular Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI— Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa gelombang kedua pandemi Covid-19 di India saat ini didorong oleh varian-varian baru yang lebih menular. Sebagian merupakan varian dari luar negeri dan sebagian lainnya merupakan varian dari India yang telah bermutasi dan menyebar.

"Saya percaya kita menjumpai sebuah mutasi yang lebih kuat, banyak pasien yang menunjukkan hasil negatif terhadap virus tetapi secara klinis mereka positif Covid-19, kotak pandora dalam bencana ini terbuka sekarang," ujar Direktur Medis Dharamveer Solanki Hospital Dr Pankaj Solanki, seperti dilansir Telegraph.

Baca Juga

Dr Solanki mengatakan kondisi para pasien di India saat ini memburuk dengan cepat. Ada lebih banyak pasien yang kini mengalami badai sitokin. Selain itu, gejala yang dialami pasien-pasien berusia lebih muda juga menjadi lebih sulit untuk dikelola.

Sisi barat dari negara bagian Maharashtra merupakan wilayah yang mengalami gelombang kedua pandemi Covid-19 terburuk di India. Sekitar 61 persen dari kasus yang ditemukan pada Januari-Maret di area tersebut disebabkan strain B.1.617 atau dikenal sebagai double mutant. Varian ini juga menjadi penyebab lebih dari 70 kasus Covid-19 di Inggris.

Varian B.1.617 membawa dua mutasi spesifik yang menjadi perhatian yaitu E484Q dan L452R. Ahli virologi meyakini kedua mutasi tersebut lebih menular dan dapat menyebabkan reinfeksi. Mutasi serupa juga menjadi dalang di balik lonjakan kasus Covid-19 di Brasil dan banyak wilayah di Amerika Selatan dalam beberapa bulan ke belakang.

Seperti di banyak negara lain, ahli virologi Dr Shahid Jameel mengatakan kapasitas India untuk melakukan sekuensi terhadap strain baru ini masih terbatas. Ahli lainnya, Dr Ramanan Laxminarayan, menambahkan bahwa India saat ini belum menemukan hubungan antara sekuens-sekuens yang ada dengan epidemiologi dari Covid-19.

"Tanpa hubungan tersebut, kita tak bisa mengatakan varian mana yang paling mengkhawatirkan di lingkup India," jelas Dr Laxminarayan.

Kelelahan yang dipicu lockdow di India juga turut berkontribusi terhadap krisis saat ini. Pemerintah India sangat berhati-hati terhadap wacana penerapan ulang lockdown mengingat sebelumnya penerapan lockdown selama dua bulan mendorong sekitar 400 juta warga India semakin terperosok dalam kemiskinan.

Oleh karena itu, Maharashtra menjadi negara bagian pertama di India yang menerapkan aturan jam malam ketat. Keputusan ini diambil karena otoritas setempat tidak memiliki pilihan lain mengingat infrastruktur kesehatan di sana sudah dipadati pasien.

"Gelombang kali ini sangat menular dan sangat berbahaya, negara-negara bagian peru mendorong penggunaan masker dengan ketat, meningkatkan kapasitas layanan kesehatan, dan penerapan vaksin dengan cepat," jelas politikus senior Milind Deora.

 

Sumber: telegraph

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement