Sabtu 24 Apr 2021 05:12 WIB

Ngeri, Coronavirus Diprediksi Terus Bermutasi

Corona tak bisa diremehkan dari segi kapasitasnya untuk beradaptasi dan berevolusi.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Infografis Mutasi Virus Corona
Foto: republika.co.id
Infografis Mutasi Virus Corona

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para ilmuwan mengkhawatirkan virus corona Sars-CoV-2 dapat terus bermutasi. Ilmuan menilai penyakit itu tak bisa diremehkan dari segi kapasitasnya untuk beradaptasi dan berevolusi.

"Saya pikir akan menjadi orang yang berani untuk mengatakan bahwa virus mendekati akhir dari jalur evolusinya dan tidak dapat melangkah lebih jauh," kata Prof Deenan Pillay selaku ahli virus di University College London dilansir dari the Independent pada Jumat (23/4).

Baca Juga

Pilay menyampaikan masih dalam tahap awal masa hidup virus ini sebagai patogen manusia. "Biasanya dibutuhkan waktu bertahun-tahun bagi virus, begitu mereka melewati penghalang spesies, untuk benar-benar mengoptimalkan diri mereka sendiri agar dapat berkembang biak dengan baik di dalam diri manusia," lanjut Pilay.

Peringatan Pillay muncul di tengah kekhawatiran jenis baru Sars-CoV-2, yang dikenal sebagai varian India dapat menjadi strain global yang dominan dalam beberapa pekan mendatang. Varian India membawa dua mutasi yang bisa mengurangi keampuhan sejumlah vaksin Covid-19. 

Meskipun hal itu belum terjadi, sejauh ini sifat dan kecepatan mutasi virus, termasuk dalam bentuk varian Afrika Selatan dan Inggris telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan komunitas ilmiah. Ilmuan khawatir dampak positif peluncuran vaksin dapat dibatalkan dalam waktu dekat. 

Secara khusus, para ilmuwan mengkhawatirkan kemampuan Sars-CoV-2 untuk mengubah protein yang digunakan untuk menempel pada sel manusia melalui mutasi. Protein lonjakan, yang oleh Pillay disebut sebagai "kunci" untuk memasuki sel reseptor manusia, adalah mekanisme yang digunakan oleh sebagian besar vaksin COVID-19 di dunia untuk menyerang virus. Protein itu melatih berbagai respons sistem kekebalan untuk mengidentifikasinya. 

Salah satu mutasi tersebut, E484K, telah ditemukan di varian Afrika Selatan dan Inggris. Varian India mengusung mutasi serupa, E484Q. Ketakutannya adalah dengan mengubah protein mereka, varian ini dapat membuat mereka kurang terlihat oleh sistem kekebalan orang yang divaksinasi, sehingga lebih sulit untuk menangkal infeksi. 

Aris Katzourakis sebagai profesor evolusi dan genomik di Universitas Oxford, mengatakan selain mengubah protein lonjakan, mutasi seperti E484K dapat membuka seluruh muatan mutasi di tempat lain yang belum diidentifikasi oleh para ilmuwan.

"E484K membutuhkan waktu sekitar 12 bulan sebelum menjadi sesuatu yang kami pedulikan. Agaknya, 12 bulan dari sekarang, akan ada satu atau dua lagi yang sama pentingnya," ujar Katzourakis.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement