REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Tingkat infeksi Covid-19 di Jerman meningkat pada akhir pekan meskipun ada pembatasan sosial ketat. Merespons situasi tersebut, Menteri Keuangan Jerman Olaf Scholz mengatakan, dia tidak mengharapkan adanya langkah pelonggaran pembatasan sebelum akhir Mei.
"Kami membutuhkan jadwal untuk kembali ke kehidupan normal, tapi itu harus menjadi rencana yang tidak perlu dicabut hanya dalam beberapa hari," kata Scholz kepada surat kabar Bild am Sonntag, Ahad (25/4).
Dia mengungkapkan pemerintah federal harus bisa menguraikan langkah pembukaan yang jelas dan berani untuk musim panas pada akhir Mei. Hal itu agar warga dapat menyesuaikan rencana liburannya dan restoran-restoran dapat menjadwalkan operasionalnya.
Menurut Scholz, langkah itu juga akan menjelaskan kapan warga bisa menyaksikan konser, teater, dana tau pertandingan sepak bola di stadion. Parlemen Jerman baru-baru ini menyetujui amandemen Undang-Undang (UU) Perlindungan Infeksi. UU itu memberi kewenangan lebih besar kepada pemerintah federal untuk menangani pandemi.
Kanselir Jerman Angela Merkel membuat perubahan setelah beberapa dari 16 negara bagian federal menolak menerapkan pembatasan sosial yang lebih ketat untuk menekan kasus baru Covid-19. Dengan revisi UU tersebut, pemerintah diberi kewenangan untuk memberlakukan jam malam antara pukul 22.00-05.00 di distrik-distrik yang kasusnya melebihi 100 per seratus ribu penduduk selama tiga hari berturut-turut. Aturan juga mencakup pembatasan ketat untuk pertemuan dan kegiatan berbelanja.
Sekolah harus ditutup dan kembali ke metode pengajaran daring jika kasus mencapai 165 per seratus ribu penduduk selama tiga hari berturut-turut. Sejauh ini, Jerman telah melaporkan lebih dari 3,2 juta kasus Covid-19 dengan korban meninggal melampaui 81 ribu jiwa.