Ahad 25 Apr 2021 21:49 WIB

Krematorium India Kewalahan dengan Peningkatan Korban Covid

Tenaga medis dan rumah sakit kewalahan dengan lonjakan kasus Covid-19.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
 Ambulans yang membawa pasien COVID-19 berbaris menunggu giliran untuk dirawat di rumah sakit pemerintah khusus COVID-19 di Ahmedabad, India, Kamis, 22 April 2021. Otoritas India bergegas hari Sabtu untuk membawa tangki oksigen ke rumah sakit tempat COVID-19 pasien tercekik di tengah lonjakan virus korona terburuk di dunia.
Foto: AP Photo/Ajit Solanki
Ambulans yang membawa pasien COVID-19 berbaris menunggu giliran untuk dirawat di rumah sakit pemerintah khusus COVID-19 di Ahmedabad, India, Kamis, 22 April 2021. Otoritas India bergegas hari Sabtu untuk membawa tangki oksigen ke rumah sakit tempat COVID-19 pasien tercekik di tengah lonjakan virus korona terburuk di dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Krisis yang sedang berlangsung paling mendalam di kuburan dan krematorium India yang kewalahan. Tempat pemakaman di ibu kota New Delhi kehabisan ruang. Timbunan kayu bakar yang cerah dan bersinar menerangi langit malam di kota-kota lain yang terkena dampak parah.

Pusat kota Bhopal, beberapa krematorium telah meningkatkan kapasitasnya dari puluhan tumpukan kayu menjadi lebih dari 50. Namun para pejabat mengatakan masih ada waktu tunggu selama berjam-jam.

Para pekerja Krematorium Bhadbhada Vishram Ghat di Bhopal, mengatakan mereka mengkremasi lebih dari 110 orang pada Sabtu (24/4). Bahkan ketika angka pemerintah di seluruh kota yang berpenduduk 1,8 juta menyebutkan jumlah total kematian akibat virus hanya 10 saja.

"Virus itu menelan penduduk kota kami seperti monster," kata pejabat kota itu, Mamtesh Sharma.

Serbuan jenazah yang belum pernah terjadi sebelumnya telah memaksa krematorium untuk melewatkan upacara individu dan ritual lengkap yang diyakini umat Hindu untuk melepaskan jiwa dari siklus kelahiran kembali. "Kami hanya membakar mayat saat mereka tiba. Seolah-olah kita berada di tengah perang," kata Sharma.

Penggali kubur di pemakaman Muslim terbesar di New Delhi, tempat 1.000 orang dimakamkan selama pandemi, mengatakan lebih banyak mayat berdatangan sekarang daripada tahun lalu. "Saya khawatir kita akan segera kehabisan ruang," kata kepala tempat tersebut, Mohammad Shameem.

Selain itu, kekurangan oksigen yang menyelamatkan jiwa, anggota keluarga di India dibiarkan sendiri untuk membawa pasien virus corona dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mencari pengobatan. Negara itu dilanda gelombang infeksi baru yang menghancurkan dan membuat fasilitas kesehatan dan tenaga medis kewalahan.

Seorang perempuan terlihat berduka atas kematian adik laki-lakinya yang berusia 50 tahun. Dia ditolak oleh dua rumah sakit dan meninggal menunggu untuk mendapatkan pemeriksaan di rumah sakit ketiga. Dia menyalahkan pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi atas krisis tersebut.

"Dia telah menyalakan kayu bakar di setiap rumah," serunya dalam video yang direkam oleh majalah mingguan India The Caravan.

Untuk hari keempat berturut-turut, India pada Ahad (25/4) mencetak rekor harian global infeksi virus corona baru. Kondisi ini ini didorong oleh varian baru berbahaya yang muncul.

Sebanyak 349.691 infeksi yang dikonfirmasi selama hari terakhir membuat total kasus menjadi lebih dari 16,9 juta, jumlah ini hanya berada di belakang Amerika Serikat. Kementerian Kesehatan melaporkan 2.767 kematian lainnya dalam 24 jam terakhir, mendorong kematian di India menjadi 192.311 jiwa.

Para ahli mengatakan jumlah korban ini bisa jadi sangat sedikit, karena kasus yang dicurigai tidak termasuk. Banyak pula kematian karena Covid-19 dikaitkan dengan kondisi yang mendasarinya.

Drama penuhnya tempat perkuburan dan pasokan oksigen yang terus sulit bertolak belakang dengan klaim pemerintah. "Tidak ada seorang pun di negara ini yang kekurangan oksigen," kata Jaksa Agung India, Tushar Mehta, di hadapan Pengadilan Tinggi Delhi pada Sabtu.

sumber : AP News
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement