REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) mengatakan negaranya bercita-cita memiliki hubungan baik dengan Iran. Kendati demikian, Pangeran MBS tak memungkiri bahwa Saudi masih menentang program nuklir dan dukungan yang diberikan Teheran terhadap kelompok milisi di kawasan.
"Iran adalah negara tetangga dan kami ingin memiliki hubungan yang baik dan terhormat dengannya," kata Pangeran MBS dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Saudi pada Selasa (27/4) malam, dikutip laman Anadolu Agency.
Dia mengungkapkan Saudi ingin melihat Iran sejahtera dan memiliki kepentingan bersama satu sama lain. “Namun masalah negatif kami adalah tindakan negatifnya seperti program nuklir atau dukungan untuk milisi yang dilarang di beberapa negara di kawasan serta program rudal balistik," ujarnya.
Pangeran MBS mengatakan Saudi bekerja dengan mitra-mitranya untuk mengatasi masalah tersebut. “Kami berharap dapat mengatasinya serta memiliki hubungan yang baik dan positif dengan semua orang,” ucapnya.
Pada 18 April lalu, Financial Times menerbitkan laporan yang menyebut bahwa pejabat tinggi Saudi dan Iran telah melakukan pertemuan di Baghdad, Irak. Pertemuan yang berlangsung pada 9 April lalu itu dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan bilateral kedua negara. Dalam menyusun laporannya, Financial Times mengutip pejabat-pejabat terkait yang enggan dipublikasikan identitasnya.
Salah satu topik yang dibahas adalah perihal kelompok Houthi Yaman. Houthi, yang terafiliasi Iran, diketahui rutin melancarkan serangan ke Saudi dengan menggunakan pesawat nirawak (drone). "Pembicaraan itu positif," kata seorang pejabat yang dikutip Financial Times.
Kendati demikian, Financial Times juga mengutip keterangan pejabat senior Saudi yang membantah adanya pembicaraan dengan Iran. Saluran televisi Lebanon pro-Iran Al Mayadeen dan kantor berita Unews, mengutip sumber Iran, juga menyangkal kabar pembicaraan dengan Riyadh.
Baik Saudi dan Iran belum merilis pernyataan atau keterangan resmi perihal kabar pertemuan tersebut. Pada Februari lalu, Iran mengatakan siap menjalin pembicaraan dengan negara-negara Arab untuk menyelesaikan perselisihan atau perbedaan pendapat di antara mereka. Teheran pun tak mengajukan prasyarat apa pun untuk terlibat dalam dialog seperti itu.
"Iran siap tanpa prasyarat untuk duduk dan berbicara dengan tetangga Arab. Kami ingin hidup berhubungan baik dengan lingkungan kami. Kami ingin memiliki lingkungan yang kuat," kata Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dalam sebuah wawancara dengan Press TV yang dikelola pemerintah pada 21 Februari lalu. (Kamran Dikarma)