REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Kamboja mengerahkan militer untuk membantu mempercepat program vaksinasi Covid-19 pada Sabtu (1/5). Militer mulai melakukan vaksinasi terhadap hampir setengah juta warga di wilayah Phnom Penh yang terdampak oleh virus korona cukup parah.
Kamboja mengalami lonjakan kasus virus korona. Jumlah total infeksi melonjak dari sekitar 500 menjadi 13.790 sejak akhir Februari, termasuk 96 kematian yang tercatat.
Wilayah ibu kota Phnom Penh, masuk ke dalam kategori zona merah Covid-19. Pemerintah setempat memberlakukan lockdown atau penguncian hingga 5 Mei. Warga dilarang keluar dari rumah kecuali karena alasan medis.
Pejabat senior militer Eth Sarath mengatakan, sebanyak 471.573 orang akan disuntik dengan vaksin Sinopharm dan Sinovac dari Cina. Militer akan membantu mempercepat program vaksinasi selama satu bulan.
Orang-orang mengantre untuk mendapatkan vaksinasi pada hari Sabtu di sebuah sekolah dasar di Phnom Penh. Personil tentara tampak mengoordinasikan antrian melalui radio.
Salah satu warga yang mengantri yaitu seorang pengusaha Sir Sokha (51 tahun). Dia telah menunggu cukup lama untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
“Jadi saya menunggu sampai mereka mengumumkan di televisi baru-baru ini bahwa kita dapat vaksinasi hari ini, jadi saya segera melakukan vaksinasi,” kata Sir Sokha.
Kamboja telah menerima lebih dari 4 juta dosis vaksin, termasuk 1,7 juta dosis Sinopharm yang disumbangkan oleh Cina. "Sampai saat ini lebih dari 1,3 juta warga Kamboja, termasuk orang asing, diplomat dan pekerja masyarakat sipil di Kamboja, telah divaksinasi," kata pernyataan Kementerian Pertahanan.
Pekerja hak asasi manusia senior di kelompok hak asasi lokal ADHOC, Soeung Senkaruna mengkritik penggunaan militer untuk mempercepat vaksinasi. Dia mengatakan, pengerahan militer akan membuat orang merasa terintimidasi.
"Mau tidak mau, melihat tentara seperti ini, mereka khawatir, takut kalau-kalau tidak mau mengambil keputusan, tidak mau mendapat suntikan," kata Soeung Senkaruna.