REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Lebih dari 170 warga Palestina terluka setelah polisi Israel menyerbu Masjid Al-Aqsa dan membubarkan jamaah di tempat lain di Yerusalem Timur yang diduduki. Selama sepekan terakhir ketegangan mulai meningkat lagi antara Israel dan Palestina.
Kantor berita Reuters melaporkan, bahwa 178 warga Palestina dan enam petugas polisi terluka setelah polisi Israel menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa dan membubarkan jamaah di Yerusalem Timur. Layanan ambulans Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan 88 orang Palestina yang terluka dibawa ke rumah sakit setelah terkena peluru logam berlapis karet.
Pekan ini, puluhan ribu jamaah Palestina memadati masjid pada Jumat (7/5) terakhir di bulan Ramadhan. Banyak dari warga Palestina itu melakukan protes untuk mendukung warga Palestina yang menghadapi penggusuran dari rumah mereka di tanah yang diduduki Israel.
Selama sepekan terakhir, warga dari wilayah Sheikh Jarrah, serta aktivis solidaritas Palestina dan internasional, menghadiri acara malam untuk mendukung keluarga Palestina di bawah ancaman pengungsian paksa. Polisi perbatasan dan pasukan Israel telah menyerang aksi duduk menggunakan air sigung, gas air mata, peluru berlapis karet dan granat kejut selama beberapa hari terakhir. Puluhan warga Palestina juga dilaporkan telah ditangkap.
Kepala biro politik Hamas, Ismail Haniya mengingatkan bahwa konsekuensi atas agresi di Masjid Al-Aqsa akan terjadi. Haniya dilaporkan menghubungi sejumlah pejabat di wilayah tersebut, meminta dukungan mereka untuk menghadapi serangan terhadap jamaah Palestina di Al-Aqsa.
"Saya mengutuk para pemimpin Arab karena tetap diam saat mereka menyaksikan serangan terhadap Masjid Al-Aqsa," ujar Mahmoud al-Zahhar, anggota lain dari biro politik Hamas dikutip laman Aljazirah, Sabtu.
Dia mengatakan satu-satunya solusi untuk situasi di Yerusalem adalah melalui "perlawanan bersenjata".