REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Ahad (9/5) mengatakan Israel akan terus membangun permukiman ilegal di Yerusalem. Pernyataan Netanyahu kemungkinan akan meningkatkan ketegangan yang sedang berlangsung.
Berbicara setelah pertemuan Kabinet, Netanyahu menolak seruan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa untuk menghentikan penggusuran paksa keluarga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah, yang diduduki di Yerusalem Timur. Netanyahu mengeklaim Yerusalem telah menjadi ibu kota orang-orang Yahudi selama ribuan tahun.
"Saat setiap negara membangun di ibu kotanya, kami juga memiliki hak untuk membangun di Yerusalem. Inilah yang telah kami lakukan dan inilah yang akan terus kami lakukan," ujar Netanyahu dilansir Anadolu Agency, Senin (10/5).
“Kami tidak akan mengizinkan partai ekstremis mengganggu perdamaian Yerusalem. Kami akan menjaga aturan hukum dan ketertiban dengan tegas dan bertanggung jawab. Kami akan terus menegakkan kebebasan beribadah bagi semua agama tapi kami tidak akan membiarkan gangguan kekerasan," kata Netanyahu menambahkan.
Setidaknya 205 warga Palestina terluka pada Jumat (7/5) setelah Israel menyerang Masjid al-Aqsa, Gerbang Damaskus Kota Tua, dan Sheikh Jarrah. Polisi Israel menyerang jamaah Muslim di dalam Masjid al-Aqsa ketika mereka melakukan tarawih.
Masjid al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga di dunia bagi umat Islam. Orang Yahudi menyebut daerah itu "Temple Mount" dan mengeklaim itu adalah situs dari dua kuil Yahudi di zaman kuno.
Israel menduduki Yerusalem Timur selama perang Arab-Israel 1967. Mereka mencaplok seluruh kota pada tahun 1980. Tindakan Israel ini tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.