REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN - Yordania mendesak Israel untuk menghentikan serangan "barbar" terhadap jamaah di masjid al-Aqsa Yerusalem. Yordania mengatakan bahwa pihaknya akan meningkatkan tekanan internasional.
Yordania, yang memiliki hak asuh atas situs Muslim dan Kristen di Yerusalem, mengatakan Israel harus menghormati jamaah dan hukum internasional yang melindungi hak-hak Arab. Ketegangan di Yerusalem Timur telah meluas menjadi bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina di sekitar al-Aqsa, masjid tersuci ketiga umat Islam, pada puncak bulan puasa Ramadhan.
"Apa yang dilakukan oleh polisi dan pasukan khusus Israel, dari pelanggaran terhadap masjid hingga serangan terhadap jamaah, adalah (perilaku) barbar yang ditentang dan dikutuk," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya melindungi hak beribadah dan tidak akan menolerir kerusuhan di kompleks yang menampung Masjid al-Aqsa dan dihormati oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount. Friksi telah meningkat di Yerusalem dan Tepi Barat yang diduduki, dengan bentrokan setiap malam di Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur - area di mana banyak keluarga Palestina menghadapi penggusuran.
Raja Abdullah, yang keluarga Hashemitnya sebagai keturunan Nabi Muhammad dan mendapat legitimasi dari peran perwaliannya, mengatakan tindakan Israel di kota suci itu merupakan peningkatan dan menyerukan untuk mengakhiri "provokasi berbahaya". Raja menuduh Israel berusaha mengubah status demografis kota suci yang berisi situs-situs suci bagi Yahudi, Islam, dan Kristen.
Yordania memanggil kuasa hukum Israel di Amman untuk mengungkapkan kecaman kerajaan atas "serangan Israel terhadap jamaah", kata media pemerintah. Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan kerajaan akan melakukan yang terbaik untuk melindungi hak-hak warga Palestina dari klaim kepemilikan oleh pendatang Yahudi.
"Israel sebagai pasukan pendudukan memikul tanggung jawab untuk melindungi hak-hak warga Palestina di rumah mereka," kata Safadi dalam pernyataan di media pemerintah.
Yordania sebelumnya telah memberi orang-orang Palestina akta tanah di Sheikh Jarrah yang dikatakan membuktikan klaim pemukim Israel atas properti itu tidak berdasar. "Pengusiran warga Palestina Sheikh Jarrah dari rumah mereka adalah kejahatan perang," kata Safadi.
Beberapa ratus warga Yordania melakukan protes di dekat pembatas kedutaan Israel di Amman. Puluhan polisi anti huru-hara berjaga di sekitar kedutaan Israel itu.
Sejumlah warga di kerumunan meneriakkan "Matilah Israel". Mereka menyerukan pengusiran duta besar Israel dan membatalkan perjanjian perdamaian yang tidak populer dengan Israel. Banyak warga Yordania yang berasal dari Palestina.