REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada Senin berjanji memulihkan dialog dengan Korea Utara, yang menurutnya adalah aspirasi dari 80 juta warga Korea untuk mengakhiri era konfrontasi dan konflik di Semenanjung Korea.
"Saya akan menjadikan sisa satu tahun masa jabatan saya sebagai kesempatan terakhir untuk mewujudkan perdamaian yang abadi," kata Moon dalam pidato khususnya menandai empat tahun masa jabatannya.
Masa jabatan lima tahun Moon sebagai presiden Korea Selatan berakhir tahun depan. "Jika ada kemauan, pasti ada jalan," tambah dia mengacu pada pemulihan hubungan dengan Pyongyang.
Baik Korsel maupun Korut belum berhasil mewujudkan upaya rekonsiliasi yang nyata di masa lalu karena defisit kepercayaan, dengan Pyongyang menuduh Seoul tunduk pada Washington.
Ada juga kegagalan negosiasi mengenai denuklirisasi Semenanjung Korea antara Korea Utara dan Amerika Serikat, meskipun mantan Presiden Donald Trump sudah mengadakan dua pertemuan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Trump dan Kim bertemu di Singapura pada Juni 2018, yang diikuti dengan pertemuan puncak di zona demiliterisasi setahun kemudian.
“Sekarang, inilah waktunya untuk bertindak. Pemerintahan [Joe] Biden yang baru di Amerika Serikat juga telah selesai meninjau kebijakan Korea Utara," ujar Moon.
Moon akan mengunjungi Washington untuk pertemuan puncak dengan Biden akhir bulan ini.
“Aliansi ROK-AS akan diperkuat melalui pertemuan puncak bilateral. Kami akan memulihkan dialog antara kedua Korea dan antara Amerika Serikat-Korea Utara dan menemukan cara untuk sekali lagi melangkah menuju kerja sama damai dengan lebih mengoordinasikan kebijakan dengan Korea Utara," jelas presiden Korsel.
"Saya tidak akan terdesak oleh waktu atau menjadi tidak sabar selama sisa masa jabatan saya. Saya berharap Korea Utara menanggapi secara positif," kata dia lagi.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook