REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Mahmoud Abbas mengatakan bahwa pemerintah Palestina sedang bergerak di semua tingkatan untuk melakukan segalanya untuk membela rakyat. Hal ini untuk menghentikan penjajahan yang merusak tempat-tempat suci dan mencaplok sisa wilayah Palestina.
Dilansir Wafa, Rabu (13/5), pernyataan Abbas ini dikatakan di awal pertemuan para pemimpin yang diadakan di markas besar kepresidenan di Ramallah. Mereka membahas dampak dari agresi Israel di Yerusalem dan di Gaza.
Menurutnya, agresi yang berkelanjutan terhadap rakyat Palestina di mana-mana, termasuk di Jalur Gaza, telah melampaui batas. Israel disebut telah menabrak semua batasan semua norma dan perjanjian internasional, yang menempatkan pemerintahannya di depan pilihan yang sangat sulit yakni untuk mempertahankan tempat-tempat suci, hak, dan rakyat Palestina.
"Yerusalem adalah garis merah. Itu adalah hati dan jiwa Palestina dan ibu kota abadi. Tidak akan ada perdamaian, keamanan, atau stabilitas sampai dibebaskan,"kata Presiden Abbas.
"Kami tidak akan menerima faith achievement yang ingin diterapkan oleh penjajah di Yerusalem dengan menargetkan eksistensi Palestina," katanya.
Berbicara kepada Amerika Serikat dan Israel, Abbas menuntut diakhirinya pendudukan secepatnya. "Palestina tidak akan pergi dan akan tetap menjadi duri di mata penjajahan. Mereka tidak akan meninggalkan tanah air mereka," katanya.
Dia juga menekankan bahwa keluarga Yerusalem di lingkungan Sheikh Jarrah tidak akan pergi dan tidak akan beristirahat. "Keamanan dan keselamatan tidak datang dengan kekuatan senjata dan penindasan,"jelasnya.