REPUBLIKA.CO.ID, TEHRAN -- Mantan presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, Rabu (12/5), mendaftar untuk mengikuti pemilihan presiden (pilpres) Iran yang akan digelar 18 Juni. Langkah ini meningkatkan peluang bagi pemimpin populis berusia 64 tahun ini untuk kembali memimpin Iran.
"Kehadiran saya hari ini untuk mendaftar adalah berdasarkan tuntutan jutaan orang agar saya ikut serta dalam pilpres," kata Ahmadinejad.
Sebelum menyapa massa, ia mengacungkan dua jari tanda V atau victory yang berarti kemenangan. Sementara ribuan pendukungnya bersorak-sorai. Ahmadinejad sempat dua kali memimpin Iran pada kurun 2005 hingga 2013.
Upaya Ahmadinajed untuk kembali ikut pilpres pada 2017 terganjal. Saat itu pemimpin spiritual tertinggi Iran Ali Khamenei menilai keikutsertaan Ahmadinejad akan "membahayakan negara".
Namun, kali ini Khamenei tampaknya tidak langsung menentang pencalonan diri Ahmadinejad. Salah satu benang merahnya adalah kedua sosok tersebut sama-sama menyerukan pergantian Presiden Hassan Rouhani yang berkuasa saat ini. Rouhani dikenal sebagai sosok yang relatif moderat.
Pencalonan Ahmadinajed kali ini bukan berarti dapat dipastikan mulus. Masih ada seleksi oleh dewan yang diawasi Khamenei untuk menentukan apakah langkah Ahmadinejadi boleh melaju atau kembali terhenti.
Masuknya Ahmadinejad ke gelanggang pilpres tampaknya akan menghidupkan kembali semangat rakyat Iran untuk berpartisipasi politik. Selama ini, rakyat Iran terkesan tak bersemangat karena didera kesulitan akibat pandemi Covid-19 dan sanksi ekonomi yang bertubi-tubi terhadap Iran.