REPUBLIKA.CO.ID, GAZA/YERUSALEM -- Israel sedang mempersiapkan pasukan di sepanjang perbatasan Gaza pada Kamis (13/5). Israel telah menyiapkan pasukan tempur di sepanjang perbatasan Gaza dan berada dalam "berbagai tahap persiapan operasi darat", kata seorang juru bicara militer.
Suasana tersebut akan mengingatkan serangan serupa selama perang Israel-Gaza pada 2014 dan 2008-2009. "Kepala staf sedang memeriksa persiapan tersebut dan memberikan arahan ... markas divisi dan tiga brigade manuver kami di Gaza mempersiapkan diri untuk situasi itu dan untuk berbagai kemungkinan," kata Letnan Kolonel Jonathan Conricus.
Sirene meraung di Tel Aviv semalaman dan suara roket yang ditembak jatuh oleh sistem Kubah Besi Israel memenuhi langit hingga membuat ribuan orang Israel bergegas mencari tempat perlindungan. Pada Kamis fajar, Israel memulai kembali serangan udaranya di daerah kantong Palestina di kawasan pantai, menghancurkan bangunan perumahan enam lantai di tengah Kota Gaza.
Ketika dunia mengulangi seruan untuk tenang, gelombang kekerasan antara warga Yahudi Israel dan minoritas Arab di negara itu terus menyebar di beberapa kota Israel. Terjadi serangan terhadap sinagoge, demikian pula dengan bentrokan antarwarga Arab dan Yahudi di jalan-jalan.
Sedikitnya sudah 67 orang meninggal di Gaza sejak kekerasan meningkat pada Senin (10/5), menurut kementerian kesehatan daerah kantong itu. Tujuh orang tewas di Israel, kata militernya.
Otoritas kesehatan di Gaza mengatakan mereka sedang menyelidiki kematian beberapa orang semalam, yang mereka katakan mungkin menghirup gas beracun. Sampel sedang diperiksa dan mereka belum menarik kesimpulan akhir.
Di tengah kekhawatiran kekerasan bisa semakin tidak terkendali, Amerika Serikat berencana mengirim utusannya, Hady Amr, untuk berbicara dengan Israel dan Palestina. "Harapan saya adalah ini akan segera diakhiri, tetapi Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri," kata Presiden AS Joe Biden pada Rabu (11/5) setelah ia berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Biden tidak menjelaskan alasan di balik sikapnya yang optimistis. Sementara, Kantor Netanyahu menyebutkan, bahwa sang perdana menteri mengatakan kepada presiden AS bahwa Israel akan, "Terus bertindak untuk menyerang kemampuan militer Hamas dan kelompok teroris lainnya yang aktif di Jalur Gaza".
Pada Rabu (12/5), pasukan Israel membunuh seorang komandan senior Hamas dan mengebom beberapa gedung, termasuk gedung-gedung tinggi dan sebuah bank, yang menurut Israel terkait dengan kegiatan faksi tersebut. Hamas mengisyaratkan akan terus menantang.
Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, mengatakan bahwa pertermpuran dengan Israel sebagai, "Konfrontasi dengan musuh tidak ada batasnya".
Israel melancarkan serangan balasan setelah Hamas menembakkan roket ke Yerusalem dan Tel Aviv sebagai pembalasan atas bentrokan antara polisi Israel dengan warga Palestina di dekat Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur selama bulan Ramadhan. Serangan itu meningkat menjelang sidang pengadilan --yang saat ini ditunda-- yang dapat menyebabkan penggusuran keluarga Palestina dari rumah-rumah mereka di Yerusalem Timur, yang diklaim oleh pemukim Yahudi.
Bagi Israel, penargetan Tel Aviv dan Yerusalem menjadi tantangan baru dalam konfrontasi dengan Hamas, yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh Israel dan AS. Sebuah sumber di pihak Palestina mengatakan upaya gencatan senjata oleh Mesir, Qatar, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak menghasilkan kemajuan untuk mengakhiri kekerasan.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sudah menelepon Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan mengatakan Washington, "Mengerahkan upaya dengan semua pihak terkait untuk mencapai ketenangan," demikian dilaporkan kantor berita resmi Palestina WAFA. Abbas sendiri adalah saingan Hamas yang otoritasnya terbatas pada Tepi Barat yang diduduki Israel.