REPUBLIKA.CO.ID, -- Pada 1980an, Rabi Meir Kahane dan rasisme anti-Arab yang dia gelorakan dilarang di Israel.
Kini warisan ideologinya menginspirasi kemenangan pemilu, dan membias dalam gerakan kaum ultranasionalis dalam konflik Palestina.
Rabi Meir Kahane pernah duduk di parlemen Israel bersama Partai Kach bentukannya, sebelum dilarang pada 1988.
Pandangan politik Meir Kahane dianggap sedemikian hina, Israel dan Amerika Serikat melarang Partai Kach bentukannya pada 1988.
Visi gerakan yang kelak dinamakan Kahanis itu meyakni tindak kekerasan dan balas dendam sebagai perintah agama, bahwa Yudaisme baru sempurna jika Israel mengusir sepenuhnya bangsa Palestina dari tanah yang dijanjikan.
Ideologinya penuh amarah, tulis editor harian Israel, Haaretz, dalam tajuknya. "Dan selama separuh abad, pemikirannya menemukan semakin banyak pengikut.”
Usai dilarang, Meir Kahane harus melepas jabatannya di parlemen. Dua tahun berselang, dia dibunuh oleh seorang warga AS keturunan Mesir.
Hari-hari ini beratus pengikut Kahane memenuhi jalan-jalan kota di Israel sembari berteriak "matilah Arab!,” dan memburu setiap orang Palestina yang berpapasan.
Sejak kerusuhan meletus, kaum Kahanis dilaporkan membakar kendaraan, atau merusak aset milik warga Arab, yang dibalas dengan tindakan serupa.
Tindak kekerasan yang dilancarkan kaum ultrakonservatif mengejutkan warga Israel. Tapi bagi penduduk Palestina, gerakan Kahanis adalah produk alami dari sistem yang diskriminatif, yang dinormalisasi oleh pejabat yang memiliki pandangan serupa.
Pengikut Kahane yang tergabung dalam faksi Zionisme Agama merebut enam kursi di Knesset dalam pemilu Maret silam. Aliansi ekstremis itu bahkan sempat diajak berunding dengan Partai Likud pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
BACA JUGA: Peringatan Bahaya Bitcoin Cs Oleh Bill Gates hingga Warren Buffet
BACA JUGA: Ekstremisme dan Ekstremis Online