Ahad 16 May 2021 00:25 WIB

Tabayun Idul Fitri ala Ulama Xinjiang 

Sesuatu yang mustahil terjadi di China saat otoritas menggalakkan program sinifikasi.

Presiden Asosiasi Islam Xinjiang dan Rektor Institut Agama Islam Xinjiang Abdur Raqib Tursuniyaz (membelakangi lensa) dan tamu undangan dari kalangan diplomat asing menyaksikan siaran langsung perayaan Idul Fitri yang dihadiri ribuan umat Islam etnis minoritas Uighur di depan Masjid Idkah, Kota Kashgar, Kamis (13/5/2021). Pemuka agama Islam Xinjiang untuk pertama kalinya menggelar resepsi Idul Fitri di Beijing di tengah sorotan dunia internasional terkait isu pelanggaran HAM oleh otoritas China terhadap Uighur.
Foto:

Imam Besar

Benar saja, acara yang seharusnya dimulai pada Kamis (13/5) pukul 10.30 itu mundur sedikit dari jadwal. Jarum jam menunjukkan angka 10.45, acara yang digelar di Muqam Hall, Xinjiang Tower, Beijing, itu baru bisa dimulai. 

Deputi Direktur Informasi Publik Partai Komunis China (CPC) Daerah Otonomi Xinjiang Xu Guixiang selama ini menjadi juru bicara terkait isu-isu Xinjiang bertindak selaku pemandu acara pada Kamis siang itu.Tanpa banyak basa-basi. 

Pada siang itu Xu segera memberikan waktu dan tempat kepada Abdur Raqib Tursuniyaz yang pada saat itu mengenakan kopiah khas Uighur dan setelan jas-jubah warna putih gading. Siapa pun misi diplomatik dan media asing yang pernah berkunjung ke Xinjiang tidak asing dengan nama itu.

Abdur Raqib adalah Presiden Asosiasi Islam Xinjiang (XIA) sekaligus Presiden Institut Agama Islam (XII) yang selalu menemui delegasi asing yang bertamu kepadanya. Satu lagi, dia juga mewakili umat Islam Xinjiang dan etnis minoritas Muslim Uighur di Kongres Rakyat Nasional China (NPC).

Oleh karena posisinya yang sangat strategis itulah, maka lulusan Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir, yang fasih bercakap Bahasa Arab itu juga merupakan imam besar dan panutan bagi umat Islam di Xinjiang. 

Ia juga tidak asing dengan Indonesia. Bahkan dalam pidatonya, Raqib menyebut nama Indonesia sebagai salah satu negara yang pejabat pemerintahannya dan perwakilan umat Islamnya mengunjungi Xinjiang selama 2019.

Suaranya yang menggelegar dan berwibawa membuat para tamu undangan dari kalangan pejabat perwakilan pemerintahan asing dan sejumlah awak media global terkesima. "Penduduk Xinjiang sangat menikmati kebebasan menjalankan ibadah yang diberikan oleh pemerintah. Tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat juga semakin lama semakin baik," ujarnya dalam pidatonya yang disampaikan dengan menggunakan bahasa Mandarin itu.

Lebih lanjut Raqib menegaskan, pemerintah China sangat menghormati umat beragama di daerahnya dengan memberikan berbagai fasilitas beribadah kepada warganya."Masjid sangat penting bagi umat Islam. Fasilitas di dalamnya, termasuk standar keamanan dan peralatan kesehatan diberikan pemerintah di setiap masjid. Pemerintah juga memberikan areal permakaman khusus umat Islam," katanya.

Ia juga menuturkan, bahwa ibadah puasa Ramadhan merupakan ritual keagamaan yang sifatnya sangat personal. "Pemerintah tidak bisa memaksa atau melarang seseorang untuk berpuasa selama bulan Ramadhan. Itu urusan pribadi," tegasnya.

 

Selain fasilitas ibadah di masjid, Raqib menyebutkan, perhatian lainnya dari pemerintah pusat kepada komunitas Muslim dan etnis minoritas Muslim Uighur. "Ada 400 orang dari komunitas kami yang menduduki kursi legislatif di semua tingkatan, baik daerah maupun pusat," ujar ulama berlatar belakang etnis Uighur itu. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement