REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Menteri Hak Asasi Manusia Pakistan Shireen Mazari mengecam serangan yang dilakukan Israel di Jalur Gaza. Mazari mengungkapkan bahwa kekerasan yang terjadi bukan sebuah konflik, melainkan pembantaian.
"Dengan hormat, yang terhormat Sekretaris Jendral (Sekjen PBB Antonio Guterres), ini bukan sebuah konflik tapi sebuah pembantaian," ujar Mazari melalui akun Twitter pribadinya, seperti dilansir Middle East Monitor.
Mazari mengatakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) perlu lebih melaksanakan tanggung jawab mereka dalam melindungi warga Palestina dari aksi terorisme Israel. Mazari juga meminta PBB mengingat kembali Chapter VII Piagam PBB.
Chapter VII Piagam PBB merujuk pada bagian dokumen yang menunjukkan bahwa Dewan Keamanan PBB diperbolehkan untuk menentukan adanya ancaman terhadap keamanan atau tindakan agresi. Selain itu, bagian tersebut juga menunjukkan bahwa Dewan Keamanan PBB dapat mengambil tindakan militer dan nonmiliter untuk mengembalikan keamanan dan kedamaian internasional.
Pada Jumat, Guterres menyerukan deeskalasi dan penghentian peperangan yang terjadi antara Palestina dan Israel. Gueterres mengatakan ada terlalu banyak warga tak bersalah yang harus gugur dalam konflik ini.
"Konflik ini hanya akan meningkatkan radikalisasi dan ekstrimisme di seluruh wilayah," tulis Guterres melalui akun Twitter pribadinya.
Serangan Israel telah menewaskan 139 warga Palestina dan menyebabkan 950 warga luka-luka. Pada Kamis lalu, Israel juga kembali melayangkan serangan di Beit Hanoun dan tanpa peringatan. Serangan itu menyebabkan seluruh alun-alun pemukiman warga hancur, termasuk rumah milik sebuah keluarga Palestina.
Seluruh anggota keluarga tersebut tewas dalam serangan. Keluarga tersebut terdiri atas seorang suami dan istrinya yang sedang hamil, Rafat Tanani dan Rawiye, dan empat orang anak mereka yang masih berusia 3-6 tahun.
Ketegangan berlangsung di wilayah Sheikh Jarrah dan Masjid Al Aqsa sejak Ramadhan, ketika tentara Israel menyerang warga Palestina. Ketegangan menyebar ke Yerusalem Timur hingga Gaza setelah kelompok pertahanan Palestina di sana berjanji untuk membalas serangan bila mereka tak berhenti.
Israel menguasai wilayah Yerusalem Timur, tempat Masjid Al Aqsa berada, ketika perang Arab-Israel pada 1967. Israel lalu merebut seluruh kota pada 1980, dalam sebuah tindakan yang tidak pernah diaki oleh komunitas internasional.