REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pertempuran antara milisi lokal dan pasukan Myanmar terjadi di kota barat laut Myanmar, Mindat, pada Sabtu (15/5). Melalui pertempuran ini, pihak tentara Myanmar berupaya untuk mengakhiri pemberontakan yang bermunculan untuk menentang junta yang saat ini memegang kekuasaan di Myanmar.
Pertempuran di Mindat menegaskan kekacauan yang semakin tumbuh di Myanmar. Kekacauan itu dipicu oleh upaya junta untuk memaksakan otoritasnya dalam menghadapi aksi protes harian, pemogokan, dan serangan sabotase setelah menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.
"Kami berlari untuk hidup kami," ungkap salah satu warga Mindat kepada Reuters, seperti dilansir Daily Sabah.
Warga tersebut mengatakan ada sekitar 20.000 warga yang terjebak di dalam kota Mindat. Sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dan orang tua.
"Tiga keponakan perempuan teman saya terkena pecahan peluru, mereka bahkan belum remaja," jelas warga tersebut.
Junta memberlakukan darurat militer di Mindat pada Kamis lalu meningkatkan serangan terhadap pihak yang mereka sebut sebagai "teroris bersenjata". Akan tetapi, juru bicara tidak memberikan keterangan terkait pertempuran yang terjadi pada Sabtu lalu.