REPUBLIKA.CO.ID, LUCKNOW -- Hujan di kawasan Sungai Gangga di India menguak fakta mengejutkan. Pekan lalu, tubuh-tubuh terbungkus kain terlihat di tepian Sungai Gangga di Prayagraj, Negara Bagian Uttar Pradesh, India.
Spekulasi pun merebak di media sosial, bahwa jenazah itu adalah korban Covid-19. Sementara Reuters menyebutkan, sejauh ini Pemerintah Uttar Pradesh masih belum mengungkap penyebab kematian mereka. Namun, untuk pertama kalinya pihak berwenang mengakui keberadaan jenazah tersebut.
"Pemerintah memiliki informasi bahwa jenazah yang diduga terkena Covid-19 atau penyakit lain dilemparkan ke sungai dan bukan dimakamkan dengan ritual yang layak," kata petinggi setempat, Manoj Kumar Singh, dalam suratnya ke kepala pemerintahan distrik, dilaporkan Ahad (16/5).
Kepada Reuters, Singh mengatakan, otopsi terhadap empat hingga lima jenazah di distriknya tidak menunjukkan ada infeksi virus. "Jenazah itu membusuk, jadi saya tidak yakin bahwa dalam kondisi itu bisa ditemukan positif korona," kata Singh.
Laman Free Press Journal, Sabtu (15/5) melaporkan, lebih dari 2 ribu jenazah ditemukan di tepi sungai sepanjang 1.140 meter. Laman tersebut mengutip Hindi Daily Dainik Bhaskar.
Sungai Gangga membentang di wilayah Uttar Pradesh, lalu memasuki Bihar. Laman Asian Age, Sabtu, menyebutkan bahwa Bihar mengeluhkan jenazah yang mengambang di Sungai Gangga, Menurut mereka, jenazah itu berasal dari Uttar Pradesh lalu menumpuk di Bihar.
Salah satu laporan menyebutkan, ada 350 jenazah ditemukan dikubur di hamparan pasir yang dangkal dekat Kannauj. Kemungkinan lainnya, mereka dihanyutkan di sungai lalu terdampar ke tepi sungai.
Sumber media tersebut menyebutkan, pihak berwenang setempat sempat menutup-nutupi temuan itu dengan menambahkan timbunan tanah ke jenazah.
Associated Press melaporkan, polisi akhirnya turun tangan dan mencoba menelusuri asal jenazah tersebut. Dengan berkendara jip dan dan perahu, polisi mendatangi desa-desa sekitar. Mereka juga berpatroli dan menggunakan pengeras suara, meminta warga agar tidak menguburkan jenazah di tepi sungai.
Ramesh Kumar Singh adalah anggota Bondhu Mahal Samiti, organisasi filantropi yang membantu mengremasi jenazah di India. Menurutnya, jumlah kematian di daerah pedesaan memang amat tinggi. Warga yang tak mampu menaruh jenazah keluarga mereka di sungai karena biaya kremasi dan upacara pemakaman yang tinggi. Tak hanya itu, mereka juga kehabisan kayu bakar. Biaya kremasi kini melejit tiga kali lipat menjadi sekitar 210 dolar AS.
Uttar Pradesh dihantam pandemi gelombang kedua. Para ahli kesehatan menyebutkan, banyak kasus Covid-19 tak terdeteksi di negara bagian dengan populasi 240 juta jiwa ini.
Dalam krisis kali ini, India menghadapi sekitar 4 ribu kematian setiap harinya dalam rentang waktu dua pekan. Namun, para ahli kesehatan memperkirakan bahwa angka sebenarnya bisa jauh lebih besar. Penyebabnya adalah kurangnya pengujian di wilayah pedesaan.
Lonjakan angka kematian mengakibatkan pusat kremasi kewalahan. Tak jarang, mereka mematok biaya beberapa kali lipat dari biaya normal untuk melakukan kremasi.
Saat berita ini ditulis, data Johns Hopkins University menunjukkan jumlah kasus Covid-19 global melampaui 162, 56 juta dan 3,37 juta kematian. Kasus terbanyak di Amerika Serikat yaitu lebih dari 32,92 juta kasus dan lebih dari 585 ribu kematian. India duduk di peringkat kedua, yaitu melampaui 24,68 juta kasus. Sedangkan angka kematian telah melampaui 270 ribu orang.